Setiap pasien di rumah sakit memiliki risiko untuk mendapat infeksi nosokomial yang seringkali terjadi akibat prosedur invasif. Contohnya, ventilator mekanik yang digunakan untuk menunjang sistem pernapasan ternyata menjadi salah satu penyebab infeksi pneumonia di ICU. Pseudomonas aeruginosa menjadi bakteri penyebab infeksi paling sering di ICU serta penyebab tinggi resistensi antibiotik di rumah sakit. Sehingga diagnosis cepat mikroorganisme menjadi sangat penting untuk dilakukan dalam memberikan pengobatan yang tepat dan cepat kepada pasien.
Berdasarkan latar belakang tersebut, lima mahasiswa Universitas Brawijaya yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa-Riset Eksakta (PKM-RE) yaitu Hotma Lestari (FK), Nasim Amar (FK), Baiq Emalia Pebriatin (FMIPA), Aminatuz Zakiyah (FMIPA), dan Johannes Marulitua Nainggolan (FMIPA) dibawah bimbingan Dr. dr. Dwi Yuni Nur Hidayati, M.Kes, SpMK melakukan riset Tes Cepat Pseudomonas aeruginosa pada Sputum Pasien Pneumonia Menggunakan µPADs dengan Nanopartikel Emas.
“Pendeteksian bakteri pada saat ini memakai metode yang cenderung mahal dan lama, seperti PCR dan kultur bakteri. Hal tersebut tentu tidak efektif, pada kasus kasus emergensi yang memerlukan pendeteksian mikroba cepat, apalagi pada daerah daerah terpencil, yang mana laboratorium sulit dijangkau. Dengan alasan itu, kami coba mencari cara lain dalam mendeteksi bakteri. Adanya penelitian ini, kami harap dapat menjadi terobosan baru dalam pendeteksian bakteri agar didapatkan diagnosis serta pemberian terapi antibiotik yang tepat kedepannya,” kata ketua tim, Hotma Lestari.
Perangkat µPADs (mikropad) dengan nanopartikel emas memiliki kelebihan dalam hal deteksi bakteri dibandingkan metode konvensional. Jika metode sebelumnya seperti kultur bakteri dari sputum pasien membutuhkan waktu 3-5 hari, maka perangkat µPADs hanya membutuhkan waktu beberapa menit hingga tampak perubahan warna sebagai indikator positif terdeteksi bakteri.
Selain itu, perangkat µPADs juga dinilai lebih cost effective sehingga terjangkau oleh masyarakat luas serta dapat digunakan berulang kali oleh para klinisi. Hal ini tentu berbeda dengan PCR yang mahal dan tidak terjangkau oleh masyarakat luas.
Perangkat μPADs berpotensi memenuhi syarat sebagai perangkat diagnostik karena memiliki portabilitas, murah, mudah digunakan, tidak menghasilkan limbah, dan biokompatibel. Prinsipnya, peneliti menggunakan metode kolorimetri dengan reagen spesifik yang menghasilkan perubahan warna dengan cepat dan tampak secara kasat mata atau alat pemindai. Nanopartikel emas memiliki peranan untuk mempercepat reaksi perubahan warna serta meningkatkan senisitivitas μPADs karena adanya fitur Surface Plasmon Resonance (SPR).
Metode deteksi cepat bakteri dengan µPADs ini berhasil mendapatkan pendanaan riset dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia dalam ajang Pekan Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta tahun 2022 dan akan berjuang menuju ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XXXV mendatang. (YHNS/Humas UB)