Cacing tanah atau yang berbahasa Latin Lumbricus rubellus adalah cacing yang memiliki kelebihan berupa tidak berbau, cepat berkembang biak, tumbuh subur, dan mudah beradaptasi.
Cacing ini memiliki manfaat yang besar baik dibidang kesehatan dan kosmetik sehingga memiliki daya jual yang tinggi.
Budidaya cacing ini dimanfaatkan oleh badan usaha yaitu CV. Rumah Alam Jaya (RAJ) Organik yang berlokasi di Kecamatan Sukun Kota Malang.
Pemilik dari CV.RAJ Organik, Adam mengatakan produksi cacing setiap harinya mencapai 1-2 ton cacing segar, dengan produk olahan cacing unggulan salah satunya yaitu minyak cacing.
Permintaan minyak cacing khususnya di bidang kesehatan, industri sabun dan kosmetik selalu mengalami kenaikan yang signifikan terutama di era pandemi.
Namun, permasalahan pada produksi minyak cacing yang belum dapat teratasi sehingga tidak bisa memenuhi pasar dan kualitas minyak cacing yang belum baik.
Permasalahan tersebut meliputi nilai rendemen yang rendah hanya sebesar 5%, proses produksi yang tidak optimal dan waktu produksi yang lama sehingga memerlukan energi yang besar dalam satu kali proses.
Berdasarkan permasalahan tersebut lima mahasiswa yang tergabung dalam Tim PKM Penerapan IPTEK Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya yang beranggotakan Clara Dwi Anggraini (TEP 2018), M. Usman Sihab (TIP 2018), Maulana A’inul Yaqin (TIP 2018), Wafa Nida Faida Azra (TEP 2018), Fitria Najmi Fathin (TIP 2019) di bawah bimbingan Angky Wahyu Putranto, STP, MP bekerjasama menyelesaikan permasalahan CV. RAJ Organik melalui teknologi ekstraksi bernama HI-CC.
Teknologi HI-CC (High Intensity Cold Corona) merupakan alat ekstraksi menggunakan prinsip kerja elektroporasi sel pada sistem radiasi tegangan tinggi.
Kata Cold Corona sendiri berarti bahwa adanya lecutan listrik yang berpindah dari satu elektroda ke elektroda lainnya tanpa menghasilkan panas sehingga tidak merusak produk.
Teknologi ini memiliki 2 chamber utama dan alat distilasi. Chamber tersebut meliputi Chamber HI-CC dan press chamber. Pada chamber pertama akan dilakukan elektroporasi pad radiasi tegangan tinggi dengan tegangan input sebesar 15-20V dan tegangan output 43-50kV selama 30 detik dan frekuensi 1 Hz. Press Chamber berfungsi sebagai chamber penyaring untuk memisahkan minyak dan ampas cacing.
Adapun cara kerja dari alat ini dengan mencampurkan tepung cacing dan minyak coconut oil sebagai pelarut pada chamber pertama, di dalam chamber ini akan dilakukan proses elektroporasi sel selama 30 detik pada suhu 400C serta diberikan pengadukan menggunakan stirrer yang bertujuan untuk menghomogenkan bahan dan mengoptimalkan proses radiasi tegangan tinggi.
Selanjutnya hasil ekstraksi dituangkan pada chamber pressure yang terdapat jaring-jaring halus bertujuan untuk menyaring antara ampas cacing dan minyak. Setelah itu, minyak hasil penyaringan akan didistilasi agar menghasilkan minyak cacing murni.
Menurut Clara sebagai koordinator tim mengatakan teknologi HI-CC ini memiliki keunggulan mampu mengekstrak cacing yang dapat mempertahankan kandungan minyak cacing, menghasilkan rendemen yang tinggi dari 5% menjadi 23% dengan proses yang singkat yaitu selama 4 jam dan pengunaan energi yang jauh lebih murah.
”Teknologi ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan khususnya pada produksi minyak cacing agar memiliki kualitas tinggi, waktu yang cepat dan biaya proses yang terjangkau. Oleh karena itu, dengan adanya teknologi HI-CC harapannya dapat membantu permasalahan dari CV.Rumah Alam Jaya (RAJ) Organik,” kata pembimbing, Angky Wahyu Putranto, STP, MP di Malang.(DSE/Humas UB).