Mahasiswa FMIPA Menemukan Konsep Untuk Atasi Masalah Garam di Indonesia

Sorry, this entry is only available in Indonesia.

Dari Kiri ke Kanan :El Fajriyah Auliya Putri, M.Wildan Wicaksono, Miftakhul Jannah

Tim mahasiswa Fakultas MIPA Universitas Brawijaya (FMIPA UB) yang terdiri dari

El Fajriyah Auliya Putri (Kimia 2017), Miftakhul Jannah (Kimia 2017), dan M. Wildan Wicaksono (2018) membuat konsep untuk mempercepat tahap rekristalisasi  pembuatan garam demi meningkatkan kualitas garam di Indonesia.
Upaya tersebut dilakukan dengan penambahan Koagulan Biopolimer pada proses pembuatan garam dengan menggunakan biopolimer kitosan yang diperoleh dari kulit udang atau cangkang bekicot.
Pada umumnya pembuatan garam di Indonesia menggunakan prinsip penguapan dengan memanfaatkan sinar matahari dan menggunakan prinsip rekristalisasi.
Proses pembuatan dengan sistem rekristalisasi dipengaruhi oleh laju pembentukan kristal garam, dimana laju pembentukan kristal sendiri dipengaruhi oleh banyaknya pengotor.
Hingga saat ini, sebagian besar petani garam di Indonesia kurang mengetahui cara pemurnian garam untuk menghilangkan pengotornya sehingga garam yang dihasilkan belum memenuhi kualitas standar yang dibutuhkan sebagai garam industri.
Berdasarkan teori proses pembuatan garam, tahapan pembuatan garam terdiri dari tahapan koagulasi, pengendapan dan filtrasi.
Dari Kiri ke Kanan :El Fajriyah Auliya Putri, M.Wildan Wicaksono, Miftakhul Jannah

Pada  tahap koagulasi sendiri terjadi penggumpalaan partikel serta memungkinkan partikel untuk terpisah dari medium larutannya, sehingga ketika ditambahkan koagulan pada proses pembuatan garam maka pembentukan kristal lebih cepat dan mempercepat pengendapan pengotor pada garam.

 Terdapat banyak jenis koagulan yang dapat digunakan untuk membantu mempercepat laju rekristalisasi garam baik itu koagulan sintetis maupun koagulan biopolimer.
Berdasarkan data dari literatur penggunaan koagulan sintetis dapat menghasilkan zat karsinogenik yang berbahaya bagi tubuh manusia.
Sehingga pada konsep penelitian ini TIM PKM  mencoba menemukan konsep aplikasi koagulan biopolimer untuk menghilangkan pengotor pada garam sehingga mampu mempercepat laju pembentukan kristal garam.
Penggunaan koagulan biopolimer dipilih karena harapannya tidak akan menimbulkan efek negatif pada garam dan nantinya aman digunakan pada manusia karena koagulan biopolimer merupakan agen untuk mempercepat proses penggumpalaan partikel dan membuat partikel untuk terpisah dari medium larutannya yang diperoleh dari sel organisme hidup atau hasil dari sintesis bahan alam.
“Semoga kedepan penelitian ini nantinya dapat dikerjakan dan dikembangkan menjadi solusi permasalahan produksi garam di Indonesia dan mampu menjadikan Indonesia sebagai Negara penghasil garam,”kata salah satu anggota tim El Fajriyah Auliya Putri. [EL/Humas UB]