
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya memperkenalkan konsep uang non-tunai untuk anak usia sekolah dasar. Konsep literasi keuangan yang diperkenalkan dengan teknologi RFID (Radio Frequency Identification) serta Bank Sampah Sebagai Media Literasi Keuangan Non-tunai Anak Sekolah Dasar.
Ide program tersebut muncul diawali dari kesadaran SD Muhammadiyah 9 Malang terhadap literasi keuangan. Namun, muncul permasalahan dari pihak sekolah yaitu belum adanya program yang dinilai cocok dalam kegiatan literasi keuangan non-tunai. Selain itu SD Muhammadiyah 9 Malang memiliki program pengelolaan sampah yangdinilai belum cukup baik. Ini diindaksi salah satunya dari masih bercampurnya berbagai jenis sampah pada satu tempat sampah.
Perwakilan Tim dari UB, Muhammad Denay Widyatama (Akuntansi 2019), mengatakan SD Muhammadiyah 9 Malang sudah memiliki kesadaran tentang literasi keuangan sejak dini yang cukup bagus dengan telah mengadakan kegiatan literasi keuangan seperti pengenalan uang dan juga simulasi transaksi di pasar tradisional maupun modern. Namun, sayangnya belum dilaksanakan literasi keuangan non-tunai.

“Padahal literasi keuangan non-tunai sangat penting dan hal tersebut juga sejalan dengan Bank Indonesia yang semakin menggencarkan literasi keuangan non-tunai.” ungkap Denay
Denay tidak sendirian, ia bersama keempat rekannya Muhammad Choiri Ikhsan (Akuntansi 2017), I Made Candra Dedi Manuarsa (Akuntansi 2019), Rifki Ahmad Maulana (Manajemen 2019), Isnaini Bariza (Ilmu Ekonomi 2019),dan dosen pembimbing Yenny Kornitasari, SE., ME.
Mereka membuat rancangan serta mensosialisasikan konsep program yang mereka beri sebut Cash Fiction (Cashless Financial Literation). Kemudian, program ini dipublikasikan melalui media online untuk meningkatkan pemahaman literasi keuangan serta menambah kesadaran anak-anak khususnya anak sekolah dasar untuk menjaga lingkungan sekitar dengan program bank sampah.[sr]
Gambar Alur Program Cash Fiction
“Alur dari program ini adalah siswa mendapatkan literasi keuangan non – tunai serta literasi mengenai bank sampah kemudian siswa mengumpulkan sampah dan membawanya ke bank sampah sekolah lalu sampah akan dipilah dan dipisahkan berdasarkan jenisnya. Setelah itu siswa diberikan sebuah kartu Rfid yang didalamnya sudah terisi saldo sesuai dengan sampah yang dibawa. Proses yang terakhir adalah menggunakan kartu rfid untuk membeli makanan atau minuman di kantin sekolah.” bebernya
Kartu dengan teknologi RFID dipilih karena sudah jamak digunakan untuk transaksi non-tunai seperti pembayaran untuk uang masuk tol atau sering disebut dengan kartu e-tol.
“Melalui program Cash Fiction yang didesain sederhana tetapi menarik ini diharapkan anak-anak sekolah dasar dapat lebih mengenal transaksi nontunai dan teknologi RFID serta memiliki ketertarikan dengan program bank sampah untuk menjaga lingkungan hidup sekitar.” kata mahasiswa angkatan 2019 tersebut.
Rancangan dari program Cash Fiction ini dapat dikembangkan menjadi sebuah kurikulum literasi keuangan nontunai untuk anak anak sekolah dasar. Selain itu program ini juga dapat digunakan sebagai strategi dari Dinas Lingkungan Hidup untuk mengkampanyekan zero waste melalui penerapan bank sampah.