Kombinasi Kelor dan Tomat untuk Nutriterapi Diabetes Melitus

Sorry, this entry is only available in Indonesia.

Indonesia menduduki posisi ke-4 dari 10 negara dengan jumlah penderita Diabetes Melitus terbanyak yakni mencapai 8,4 juta penderita di tahun 2000 dan diperkirakan mencapai 21,3 juta penderita di tahun 2030 (Kemenkes RI, 2018). Dibutuhkan pemberian obat-obatan yang harus dikonsumsi berkelanjutan selain dengan memperbaiki pola hidup oleh para penderita.

Tiga mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya menemukan kombinasi daun kelor dan tomat yang dapat dikonsumsi oleh penderita diabetes.

Tim Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) melalui Program Kreatifitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta (PKM-RE) menemukan gagasan baru tentang kebaruan terapi herbal dalam bidang kesehatan berbahan dasar kulit tomat dan daun kelor

Vanya Sasikirana, Ayu Kurrotu Aini dan Ayu Andrian Tohalifah memilih kulit tomat dan daum kelor sebagai gagasan baru terapi herbal dalam bidang kesehatan. Menurut Ayu, kulit tomat dan daun kelor merupakan bahan pangan herbal yang banyak dikonsumsi di Indonesia. “Kulit tomat banyak mengandung likopen, rendah karbohidrat, dan 100 kali lebih efisien dalam mengendalikan radikal bebas dibanding vitamin E, serta diduga dapat meningkatkan kadar superoxide dismutase (SOD)”, ujarnya.

Sedangkan daun kelor, imbuh Ayu, berpotensi sebagai antidiabetik dan antihiperglikemik, penurun kadar glukosa darah serta mengandung senyawa alkaloid dan steroid atau tripenoid. “Selain itu juga daun kelor mudah ditemui di seantero Nusantara”, ujarnya.

Selain itu, ada juga daun kelor yang merupakan tanaman yang banyak dijumpai di Indonesia dengan persebaran produksi merata di berbagai wilayah nusantara. Daun kelor mempunyai potensi sebagai antidiabetik dan antihiperglikemik, penurun kadar glukosa darah, serta Memiliki senyawa alkaloid dan steroid atau tripenoid.

Dibawah bimbingan dr. Novi Khila Firani, M.Kes, Sp.PK, kelompik Program Kreatifitas Mahasiswa Riset Eksakta ini berharap dapat menjadi terobosan terbaru dalam pengembangan terapi herbal berbasis fitofarmaka di Indonesia yang bermanfaat sebagai terapi Diabetes Mellitus Tipe 2. Kelompok ini akan bertanding dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional tahun 2021.(ayu/VQ)