Seperti umumnya wilayah pedesaan di Kabupaten Blitar, Desa Tawangrejo Kecamatan Binangun ditembus oleh Sungai Brantas setelah melewati Bendungan Karangkates. Pada awalnya, mereka merasakan keuntungan demografi dari menangkap ikan di kali belakang rumah penduduk.
Karena keuntungan ekonomi, penduduk mulai mengejar jumlah atau volume tangkapan dengan menggunakan potas (racun) dan/atau setrum listrik. Alat bantu ini tentu saja bisa mengumpulkan ikan dalam jumlah banyak dengan biaya yang murah. Namun, usaha ini hanya menghasilkan keuntungan jangka pendek atau sesaat. Populasi ikan kali Brantas di belakang rumah mereka mulai menurun dan terkuras. Hal ini bisa diamati dari langkanya ikan Badher Bang, Barbonymus balleroides (Val., 1842), hasil tangkapan utama mereka.
Sekelompok masyarakat dari Desa Tawangrejo mulai menyadari kerugian jangka panjang yang akan segera timbul setelah keuntungan jangka pendek ini. Bahkan mereka khawatir akan hilangnya salah satu sumber mata pencaharian sampingan dari menangkap ikan. Mereka membentuk kelompok yang disebut POKMASWAS (Kelomppok Masyarakat Pengawas) Fajar Bengawan.
Kelompok ini melakukan klaim sepihak untuk melindungi sekitar 200 m badan sungai dan tertutup dari seluruh kegiatan ekstraktif, seperti menangkap ikan.
Kelompok secara bergantian memberi pakan ke sungai dengan sisa-sisa nasi rumah tangga. Setelah melewati proses selama dua tahun, ikan badher bang mulai tampak di permukaan sungai, terutama ketika diberi pakan pellet. Ikan badher bang tampak sangat jinak sehingga menarik minat warga sekitar hingga meluas ke warga Kabupaten Blitar.
Program Doktor Mengabdi (DM) LPPM-UB dengan ketua Dewa Gede Raka Wiadnya. (FPIK-UB) beranggotakan: Agung Pramana W.M. M.Si (MIPA-UB), Ating Yanuarti (FPIK-UB), dan Sukandar (FPIK-UB), dimulai sejak pertengahan 2019. Tim DM bekerja sama dengan Fajar Bengawan untuk mengembalikan populasi ikan badher bang dan mengembangkan jasa pariwisata dengan ikon Omah Iwak Badher Bank.
Saat ini, ikon tersebut sudah mencapai 4.109 pengunjung dan diulas oleh 108 pengunjung dengan rata-rata nilai 4,5 (skor antara 1-5). Menurut Sukandar, ia optimis bahwa pada saatnya konservasi akan menyediakan bonus melalui pendapatan dari sektor pariwisata. “Namun keuntungan pertama ialah pada kembalinya populasi ikan badher bang yang nantinya bisa dimanfaatkan untuk sumber protein masyarakat atau bahkan sumber pendapatan dari perikanan perairan umum daratan (PUD)”, ujarnya.
Upaya mengembalikan populasi ikan badher bang mendapat apresiasi langsung dari Prof. Yoshinori Kumazawa, seorang profesor dari Graduate School of Natural Sciences, Nagoya City University saat berkunjung ke Omah Iwak Badher Bank.
Pada tahun 2020 pandemi COVID-19 melanda hampir seluruh negara di dunia, tak terkecuali Indonesia. Kondisi tersebut tentu berdampak terhadap aktivitas pariwisata di Omah Iwak Badher Bank. Namun tim DM menilai bahwa upaya POKMASWAS Fajar Bengawan dalam mengembalikan populasi ikan badher bang (konservasi) dapat menyediakan bonus dari sektor pariwisata jika dikelola dengan baik dan tetap didukung oleh berbagai pihak, baik akademisi, Pemerintah maupun LSM.
Berdasarkan hal tersebut, tim DM kembali memberikan dukungan dalam bentuk penambahan sarana pendukung seperti: pembangunan aula, pembuatan rakit, pembuatan dermaga (tambatan perahu), pembuatan saung untuk wisatawan dan peralatan protokol pencegahan COVID-19.
Dukungan tersebut diberikan dengan harapan bahwa kondisi pariwisata di Omah Iwak Badher Bank bisa pulih seperti kondisi sebelum pandemi dan dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung.(Gede/Vicky)