Program Bangkit Academy, inisiatif dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), bekerja sama dengan Google, Gojek, Tokopedia, dan Traveloka, terus menjadi salah satu program unggulan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Program ini menawarkan pelatihan intensif dalam bidang IT dan soft skill dengan tiga jalur pembelajaran utama: Machine Learning, Mobile Development, dan Cloud Computing. Dengan dukungan dari Universitas Stanford melalui program University Innovation Fellow, Bangkit Academy telah menjadi wadah bagi para mahasiswa untuk berkembang dan menciptakan solusi inovatif.
Dari 28.000 pendaftar yang berasal dari lebih dari 500 perguruan tinggi di seluruh Indonesia, hanya sekitar 3.000 mahasiswa yang berhasil lolos seleksi dan diundang untuk bergabung. Menariknya, 30% dari pendaftar tersebut adalah perempuan, dan sekitar 29% berasal dari latar belakang non-IT/CS, menunjukkan inklusivitas program ini.
Salah satu mahasiswa yang berhasil lolos adalah Kaamil Nailal Muna, mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi angkatan 2021. Meski berasal dari latar belakang non-IT, Kaamil berhasil menjadi Bangkit Ambassador 2024 dan bersama timnya menciptakan aplikasi inovatif bernama Adoptify. Adoptify adalah aplikasi yang memfasilitasi adopsi hewan terlantar, khususnya kucing dan anjing, di wilayah Jabodetabek dan Malang.
Adoptify dulu merupakan project akhir dari Bangkit Academy, yang kemudian menerima pendanaan dari Google dan Dikti untuk pembuatan produk lebih lanjut,” jelas Kaamil. Kaamil mengikuti Bangkit Academy dimulai dari Agustus – Desember 2023 dan dilanjut dengan inkubasi dari Januari – Agustus 2024.
Tim Adoptify sendiri terdiri dari beberapa mahasiswa dari universitas-universitas di Indonesia yang berisi 7 orang tim dan 2 intern, antara lain: Kaamil as Chief Executive Officer – UB, Alvita as Chief Marketing Officer – UB, Laudzak as Chief Product Officer – UB, Maqila as Chief Technology Officer (Back end) – ITN Malang, Reihan as Chief Technology Officer (Mobile dev) – ITN Malang, Zainul as Chief Operational Officer – ITN Malang, Reza as Chief Financial Officer – UNS, Nami as Marketing and Partnership Intern – UB, Lathifah as Marketing and Partnership Intern – UB
Latar belakang Tim Kaamil menciptakan Adoptify karena permasalahan tentang hewan terlantar sedang marak, seperti penyiksaan hewan, pembuangan kucing atau anjing di jalan.Tim Kaamil melakukan riset berdasarkan pengkajian ilmiah kemudian mengkonfirmasi kebenaran permasalahan dengan fakta yang ada.
“Setelah itu, kita juga memastikan ke user apakah benar ada problem dengan riset survey, total ada 150 lebih responden daerah Jabodetabek dan Malang yang mengisi survey tersebut. Mereka bilang kalau 94% lebih di sekitar mereka banyak problem kucing/anjing yang terlantar membutuhkan solusi,” jelas Kaamil.
Saat ini, Adoptify menawarkan dua fitur, yaitu: Pertama Adopsi: Fitur ini menyediakan layanan adopsi hewan peliharaan khusus anjing dan kucing yang terintegrasi dengan foster di wilayah Jabodetabek dan Malang. Dengan kredibilitas tinggi, pengguna harus mengisi data diri asli, mengisi formulir dari foster, dan menandatangani surat di atas materai. Tujuannya adalah agar pengguna benar-benar berkomitmen untuk merawat hewan dengan baik. Kedua – Visual Pet Wellbeings: Fitur ini dirancang untuk memudahkan pengguna dalam merawat hewan peliharaan, dengan fitur pengingat untuk memberi makan, memandikan, membersihkan kandang, vaksinasi, dan mencatat riwayat medis hewan peliharaan. Selain itu, fitur ini menyediakan notifikasi alarm jika pengguna tidak membuka aplikasi Adoptify.
Kaamil menerangkan bahwa aplikasi Adoptify sudah ada di playstore, sehingga sudah siap untuk dipasarkan kepada siapa saja yang membutuhkan jasa adopsi hewan kucing/anjing.
Dalam perjalanan pengembangan Adoptify, Kaamil dan tim menghadapi berbagai tantangan, baik dari sisi internal maupun eksternal. “Kendala yang ada banyak banget, mulai dari internal tim. Sebagai team leader, saya harus bisa menstabilkan tim saya, menyelesaikan masalah internal dulu sebelum melanjutkan pekerjaan, karena jika internal tidak stabil, pekerjaan akan terhambat,” jelas Kaamil.
Di akhir wawancara, Kaamil menyampaikan harapannya agar Adoptify dapat membantu mengurangi jumlah hewan terlantar dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perawatan hewan. “Harapannya, semoga dengan adanya Adoptify, hewan-hewan yang terlantar bisa terawat dengan baik, komunitas yang peduli makin banyak, dan kesadaran masyarakat terhadap hewan terlantar meningkat. Saya yakin, jika kita berbuat baik, hasilnya akan sangat baik,” tambah Kaamil.
Dengan adanya Adoptify, Kaamil dan timnya tidak hanya menciptakan solusi bagi masalah hewan terlantar, tetapi juga membuktikan bahwa inovasi dapat lahir dari berbagai disiplin ilmu.(dilla/WDD/Humas UB)