FK-UB Tingkatkan Profesionalisme Tenaga Medis bidang Pelayanan Darah

Sorry, this entry is only available in Indonesia.

FK-UB Tingkatkan Profesionalisme Tenaga Medis bidang Pelayanan Darah

Program Pengabdian Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK-UB) menyelenggarakan kegiatan Pelatihan Tenaga Medis dalam bidang Pelayanan Darah, Rabu (02/11/2022). Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Departemen Patologi Klinik, dan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-UB.

Ketua tim Dr. dr. Aswoco Andyk Asmoro, Sp.An-TI., FIPM memaparkan, transfusi darah merupakan bagian penting dari perawatan pasien. Bila digunakan dengan benar, dapat menyelamatkan nyawa dan meningkatkan kesehatan, namun jika tidak tepat akan memberikan efek buruk bagi pasien.

“Transfusi darah hanya boleh dilakukan oleh petugas medis yang memiliki kompetensi dan kewenangan serta pengetahuan tentang pelayanan darah, untuk mencegah terjadinya reaksi transfusi dan pemborosan darah. Untuk itu sasaran kegiatan ini adalah tenaga medis yang melakukan atau berkaitan dengan pelayanan darah,” jelas Aswoco Andyk Asmoro.

Kegiatan ini dilakukan secara daring dengan metode berupa ceramah dan diskusi serta dilakukan ujian pre dan post tes. Materi yang diberikan meliputi “Fisiologi Dasar, Sirkulasi Darah dan Anemia” yang diberikan oleh Dr. dr. Maimun Zulhaidah A, M.Kes, Sp.PK(K), “Cara/Alur Permintaan Darah” oleh dr. Siti Fatonah, Sp.PK(K), “Cara Transfusi Darah” oleh Dr. dr. Aswoco Andyk Asmoro, Sp.An-TI., FIPM, dan “Reaksi Transfusi” oleh Dr. dr. Shinta Oktya Wardhani, Sp.PD-KHOM.

133 peserta tenaga medis dari seluruh Indonesia yang terdiri dari perawat, analis ATLM, Teknisi Pelayanan Darah, dokter umum, dan dokter spesialis

Kegiatan yang baru pertama kali diadakan ini diikuti oleh 133 tenaga medis dari seluruh Indonesia yang terdiri dari perawat, analis ATLM, Teknisi Pelayanan Darah, dokter umum maupun dokter spesialis.

Dari hasil kegiatan terlihat adanya peningkatan pengetahuan petugas medis dari 52,2 persen menjadi 68,17 persen.

“Persentase ini masih terbilang rendah. Kami berkomitmen akan mengadakan pelatihan yang berkelanjutan guna mendukung program pemerintah bidang kesehatan terutama dalam kaitan pelayanan darah. Namun, harapannya secara luring dan praktek lapangan sehingga peserta lebih memahami dan bisa berinteraksi dengan pelatih secara lebih intens,” pungkas Aswoco Andyk Asmoro.

Perlu diketahui, berdasarkan standar WHO, jumlah kebutuhan minimal darah di Indonesia sekitar 5,1 juta kantong darah pertahun (2 persen jumlah penduduk Indonesia), sedangkan produksi darah dan komponennya saat ini sebanyak 4,1 juta kantong dari 3,4 juta donasi. Dari jumlah darah yang tersedia, 90 persen di antaranya berasal dari donasi sukarela [SF/Irene]