Dalam upaya menanggulangi meningkatnya prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM), yang tercatat dengan 20.744 kasus hipertensi dan 1.519 kasus diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Bululawang, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Brawijaya meluncurkan program pelatihan kader kesehatan yang inovatif. Program ini bertujuan meningkatkan kemampuan deteksi dini PTM melalui pemberdayaan kader lokal, sebuah langkah strategis untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat.
Dr. Kuswantoro Rusca Putra, salah satu anggota tim pengabdian masyarakat, menjelaskan PTM merupakan tantangan besar bagi kesehatan masyarakat, terutama di daerah pedesaan seperti Bululawang.
“Melalui pelatihan ini, kami berharap kader kesehatan dapat menjadi ujung tombak dalam mendeteksi dan mencegah komplikasi PTM sejak dini.”
Hingga akhir Agustus 2024, program ini telah berhasil melatih lebih dari 30 kader kesehatan dari 14 desa di Kecamatan Bululawang. Pelatihan ini tidak hanya mencakup teori, tetapi juga praktik langsung menggunakan alat medis seperti glucometer, antropometri, dan tensimeter.
“Kami menggunakan berbagai media edukasi, termasuk booklet, video tutorial, dan buku saku, untuk memastikan kader tidak hanya memahami konsep tetapi juga mampu menerapkannya di lapangan. Dengan total lima hak kekayaan intelektual telah kami daftarkan guna menyebarkan semangat pencegahan PTM yang lebih luas,” kata Alfrina Hany, Ketua Tim Pengabdian kepada Masyarakat.
Ibu Fitria, salah satu kader yang telah mengabdi selama 10 tahun dan mengikuti pelatihan, mengungkapkan antusiasmenya, “Pelatihan ini sangat bermanfaat. Dengan pengetahuan dan keterampilan baru, saya merasa lebih siap untuk membantu masyarakat mengenali tanda-tanda awal hipertensi dan diabetes. Hal ini bukan hanya tentang kesehatan individu, tetapi juga tentang mencegah beban ekonomi akibat rehospitalisasi yang tinggi.”
Kolaborasi dengan Puskesmas Bululawang dan para kader kesehatan menunjukkan betapa pentingnya sinergi antara akademisi dan masyarakat. Dengan capaian 83,3% dari total pekerjaan yang telah diselesaikan, tim pengabdian masyarakat Puskesmas Bululawang tidak berhenti di sini. Mereka telah menyusun strategi keberlanjutan untuk memastikan kader kesehatan yang telah dilatih mampu menjalankan tugas deteksi dini secara mandiri.
Supervisi oleh Kepala Puskesmas juga dilakukan untuk memastikan kader-kader dapat menjalankan tugas dengan baik. “Kami akan terus mendampingi mereka sampai benar-benar siap bekerja secara mandiri. Hal ini sebagai langkah untuk mencegah penyakit berkembang lebih lanjut,” ujar Kepala Puskesmas Bululawang.
Program pelatihan kader kesehatan di Puskesmas Bululawang adalah contoh nyata upaya preventif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan sumber daya lokal. Program ini beranggotakan Alfrina Hany, S.Kp., M.N (AC), Dr. Kuswantoro Rusca Putra, S.Kp., M.Kep., Ns. Ahmad Hasyim Wibisono, S.Kep., M.Kep., MNg, S.Kep., MB, Iryne Putri Syadilla, Mochamad Saiful Anwar, dan Sevia Nurdiana. Dengan dukungan dari fakultas, keterlibatan aktif mahasiswa, dan antusiasme kader kesehatan, program ini diharapkan menjadi model yang dapat diadopsi di daerah lain, memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi komunitas di Indonesia.
Mochamad Saiful Anwar, salah satu mahasiswa yang terlibat dalam pengabdian ini, berbagi pengalamannya, “Terlibat langsung dalam pelatihan dan pengambilan data memberikan wawasan yang mendalam tentang tantangan kesehatan di masyarakat. Bukan hanya pengalaman akademis, tetapi juga kesempatan untuk berkontribusi nyata dalam meningkatkan kesehatan komunitas.”
Universitas Brawijaya, sebagai institusi pendidikan tinggi terkemuka, terus berkomitmen menghasilkan lulusan berkualitas dan berkontribusi nyata bagi masyarakat melalui program-program penelitian dan pengabdian masyarakat. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Brawijaya terus berinovasi dalam upaya meningkatkan kualitas layanan kesehatan di berbagai wilayah di Indonesia.(*/WDD/Humas UB)