Universitas Brawijaya (UB) kukuhkan Prof. Dr. Ir. Ludji Pantja Astuti, MS, sebagai Profesor bidang Ilmu Hama Pasca Panen. menjadi profesor aktif ke-41 dari Fakultas Pertanian dan Profesor aktif ke-195 di UB, serta menjadi Profesor ke-278 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan UB, Sabtu (20/03/2021) di Gedung Samanta Krida, Universitas Brawijaya
Adapun dalam pengukuhan tersebut Dr. Ir. Ludji Pantja Astuti, MS, menyampaikan pidato ilmiah yang berjudul “Improvisasi Pengelolaan Hama Gudang Terpadu pada Beras dalam Simpanan “
Menurut Ludji, suhu gudang berpengaruh dalam pertumbuhan hama. “Kondisi gudang dengan suhu lebih rendah dari 20 derajat Celcius atau lebih tinggi dari 35 derajat Celcius dengan kelembaban kurang dari 60 persen dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan hama gudang,” ujarnya.
Beras yang semakin padat dan keras akan semakin menghambat pertumbuhan hama. Kandungan fenol dan mineral yang rendah akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan hama. “Pemahaman terhadap implementasi Pengelolaan Hama Gudang Terpadu (PHGT) masih belum memadai. Hasil penelitian masih berskala peneliti, fumigasi berjadwal dan belum mengikuti perkembangan ilmu yang lain”, imbuhnya.
Improvisasi PHGT, menurut wanita kelahiran lamongan ini, dapat dilakukan dengan memperhatikan kodisi wilayah, waktu serta kearifan lokal. “Kehadiran serangga hama dapat dideteksi lebih dulu dengan berbagai teknik pengamatan, mempertahankan kondisi gudang pada suhu dan kelembaban udara tertentu, pengemasan dengan bahan yang kuat dan menyimpan beras berkualitas baik dengan kadar air 12 persen dapat dilakukan untuk menghambat pertumbuhan serangga hama yang menyerang beras”, ujarnya.
Selain itu, penguasaan terhadap hama gudang menjadi penting bagi seorang manager gudang beras, untuk mengamankan persediaan dari serangan hama. “Dibutuhkan juga sosialisasi informasi yang benar dan peningkatan kerjasama ilmuwan dalam penelitian hama gudang, dengan memanfaatkan teknologi informasi dan perkembangan ilmu serta perilaku masyarakat untuk improvisasi PHGT dan mempertahankan kualitas beras, dengan meminimalkan aplikasi insektisida sintetis menuju lingkungan yang sehat dan aman serta berperan aktif mewujudkan ketahanan pangan dalam kehidupan berkelanjutan”, pungkasnya. (zma)