Dosen Ilmu Komunikasi Bicara Jabfung di ASPIKOM

Sorry, this entry is only available in Indonesia.

Prof. Rachmat Kriyantono (tengah) pada sesi pemaparan Jabfung dosen di Rakor ASPIKOM
Prof. Rachmat Kriyantono (tengah) saat sesi pemaparan jabfung dosen di Rakor ASPIKOM

Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UB, Prof. Rachmat Kriyantono, S.Sos., M.Si., Ph.D. memberikan paparan tentang jabatan fungsional/jabatan akademik dosen di forum Rapat Koordinasi Nasional Asosiasi Perguruan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM), Jumat (19/9/2024). Rakor diselenggarakan di Universitas Pattimura, Maluku.

Guru Besar Ilmu Humas ini memberikan penjelasan terkait proses pengajuan jabfung, kebijakan rumpun dan pohon ilmu, termasuk menjawab pertanyaan para pengurus ASPIKOM pusat terkait jabfung ini.
“Penilaian jabfung mencakup dimensi administrasi kepegawaian dan substansi karya ilmiah, rekam jejak, kapasitas manajerial, dan peta jabatan,” ungkapnya.
Reza Safitri, Ph.D. (kedua dari kiri) dan Ika Yustisia, M.A (ketiga dari kanan) bersama peserta lainnya
Reza Safitri, Ph.D. (kedua dari kiri) dan Ika Yustisia, M.A (ketiga dari kanan) bersama peserta lainnya
Rakor ini diselenggarakan bersamaan dengan kegiatan ASPIKOM International Communication Conference yang bertemakan “Grounding Communications for Sustainable Development Toward The Digital 5.0 Era.
Prof. Rachmat pun turut mempresentasikan hasil penelitiannya dui forum internasional tersebut. Selain itu ada dua tenaga pengajar program studi Ilmu Komunikasi lainnya yakni, Reza Safitri, S.Sos., M.Si., Ph.D. dan Ika Yustisia, S.I. Kom., M.A..
Prof. Rachmat menawarkan gagasannya di ranah filsafat ilmu. Ia mempresentasikan artikel berjudul “Preserving The Ontology of Communication Science In The Midst of Power Struggle of Multidisciplinary Science”. Reza  memaparkan hasil riset tentang komunikasi kesehatan, yakni “Mental Health In The Age of Media: A Deep Dive Into Student well-being.” Sedangkan, Ika mempresentasikan riset studi fenomenologi berjudul “Negotiating Gender Roles Reverse: The Implication of Hindunese Bali Customary Status As Purusa Through Nyentana Marriage” (rachmat/sitirahma).