FCS UB Researches the Economic Impact of Mount Bromo Jazz Festival 2022

Sorry, this entry is only available in Indonesia.

FGD dengan Manajemen Jazz Gunung Indonesia
FGD dengan Manajemen Jazz Gunung Indonesia

Tanggal 22-23 Juli 2022 akan digelar Event Budaya Jazz Gunung di lokasi Hotel Jiwa Jawa, Bromo. Menurut Manejer PT. Jazz Gunung Indonesia, Bagas Indyatmono, event ini merupakan event tahunan yang diselenggarakan sebagai bagian dari bentuk dukungan terhadap keberlangsungan pariwisata Gunung Bromo.

Event ini sudah dimulai sejak tahun 2009 sebagai reaksi atas dampak buruk Bom Bali terhadap pariwisata Indonesia. Tujuannya sederhana, supaya di Gunung Bromo, wisatawan boleh mendapat tambahan destinasi, selain destinasi sunrise. Dengan begitu, wisatawan dapat menghabiskan waktu minimal 2-3 hari di Bromo”, jelasnya.

Dalam konteks pengembangan pariwisata dan dampaknya terhadap ekonomi masyarakat, salah satu penelitian Kerja sama Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya (FIB UB) yang diketuai oleh Dr. Hipolitus Kristoforus Kewuel, M.Hum., membangun kerja sama dengan Jazz Gunung Indonesia ini.

“Dalam konteks studi Antropologi, kerja sama ini sangat relevan untuk melihat dampak Jazz Gunung Bromo terhadap ekonomi masyarakat. Fokusnya pada masyarakat di sekitar venue. Apa yang didapatkan oleh masyarakat setempat? Apa bentuk sumbangan Jazz Gunung terhadap perkembangan ekonomi mereka? Adakah peran yang diberikan penyelenggara kepada masyarakat dan apa manfaatnya untuk mereka? Pertanyaan-pertanyaan ini penting untuk memastikan bahwa event bergengsi tersebut memiliki dampak praktis bagi masyarakat kecil,” tegas Dr. Hipo.

Anggota peneliti, Nindyo Budi Kumoro, M.A., menambahkan bahwa penelitian ini juga penting untuk melihat perputaran uang yang terjadi selama event ini.

“Hal ini penting karena apa pun yang dilakukan dalam konteks pengembangan pariwisata perlu ada dampak yang terukur bagi masyarakat. Kalau tidak ada dampaknya bagi masyarakat, untuk apa event ini digelar? Event ini dinilai berhasil dan bermartabat justru kalau memberi dampak konkret bagi masyarakat minimal dalam jangka pendeknya,” tegas Nindyo.

Anggota lain, Mayang Anggrian, M.Pd., mengatakan bahwa genre Jazz yang dipilih dalam event ini diharapkan bisa membawa dampak elaborasi dengan genre musik lainnya.

“Hal ini mungkin karena sifat musik Jazz yang lentur sehingga bisa mengakomodasi jenis-jenis musik lainnya di dalam event ini. Terutama sangat diharapkan untuk melibatkan musik tradisional masyarakat setempat,” usul Mayang. [dts/Humas UB]

FGD with Indonesian Mountain Jazz Management
FGD with Indonesian Jazz Gunung Management