
Kejarlah ilmu sampai ke negeri Cina. Bagi Universitas Brawijaya ini, lebih tepat jika mengejar ilmu sampai ke negeri Jepang. Siapa sangka, karena tidak sengaja memilih anime, justru memberikan Adinda predikat sebagai wisudawan termuda? Inilah yang terjadi pada Adinda, wisudawan termuda dari Departemen Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya. Masa studinya berakhir manis setelah meneliti karakter dan masa lalu Kotaro, sebuah karakter animasi dalam seri Kotaro Wa Hitori Gurashi.
Pemilihan karakter Kotaro ini pun, menurut Adinda, memiliki alasan khusus. ”Dalam anime ini, sosok Kotaro yang berumur 4 tahun digambarkan sebagai sosok kecil yang mandiri, hidup seorang diri dan berpikiran lebih dewasa dibandingkan anak seusianya. Ternyata, dibalik sikapnya, ada kenangan yang menyakitkan bagi Kotaro”, terangnya.
Menurut dara asal Dampit ini, penelitiannya menilai sisi psikologinya. ”Saya menggunakan teori klasifikasi emosi milik David Krech. Dalam anime ini, karakter Kotaro cenderung menutupi emosinya. Maka dari itu, saya bedah satu persatu, makna dan sikap tindakannya itu apa, dan saya hubungkan dengan masa lalunya. Dari situ, saya bisa paham sikap dan tindakannya didasari dari trauma yang dialami di masa lalunya”, jelas Adinda.
Ia pun secara tidak sengaja memilih anime sebagai objek penelitiannya, lantaran sudah banyak penelitian yang menjadikan dorama atau drama Jepang. ” Jadi awalnya saya ingin meneliti drama jepang. Tapi dari beberapa drama itu sudah banyak diteliti oleh orang lain dan kebetulan saat saya sedang mencari bahan penelitian, saya lihat ada anime baru di netflix. Setelah saya tonton ternyata anime nya tidak membosankan seperti anime² lain yg pernah saya coba tonton sebelumnya”, ujarnya. Anime ini, imbuhnya, masih tergolong baru sehingga belum ada yang banyak meneliti.
Sebelum berakhir manis dengan Kotaro, Adinda pun kerap berganti judul. “Hingga akhirnya saya jelaskan tentang perilaku Kotaro ini, dan alasan saya ingin menelitinya, dan dosen saya mengizinkan meneliti anime ini”, jelasnya.
Tidak hanya menyelesaikan kuliah, Adinda juga menjalani kerja paruh waktu di sebuah kafe. Ia juga mulai membangun bisnis kuliner kecil-kecilan di rumahnya. ”Saya memproduksi beraneka keripik, seperti keripik kulit lumpia, keripik pisang, basreng, mie lidi dan sebagainya. Sebelumnya sudah berjalan sejak tahun 2019 namun terhenti karena pandemi, Sekarang kembali lagi berjualan sejak tahun 2021” tutur mahasiswi angkatan 2018 ini.
Tentu saja, Adinda tidak berjalan sendiri. Orang tua dan keluarga sangat mendukung apapun pilihannya, termasuk ketika ia memutuskan untuk merintis usaha cemilan yang akrab di lidah mahasiswa ini. ”Kadang ketika banyak orderan, orang tua saya juga ikut membantu. Namun, ketika saya kesulitan membagi waktu antara skripsi dan bisnis, saya memilih untuk libur jualan, supaya fokus menyelesaikan skripsi selama tiga bulan”, ujarnya.
Ditanya rencana setelah lulus, Adinda berencana merantau ke Jepang untuk memulai karirnya. Saat ini, ia sedang persiapan berkas-berkas untuk bekerja di Jepang, seperti sertifikat bahasa (JLPT) dan juga sertifikat keahlian (SSW). Alasannya, karena ia menyukai berbagai hal yang berhubungan dengan kuliner. ”Semoga bisa segera berangkat, saya ingin di bidang jasa makanan, karena passion saya disitu” akunya.