
Kolaborasi mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) dan Fakultas Teknik (FT) Universitas Brawijaya (UB) menciptakan teknologi purifikasi minyak terintegrasi dengan memanfaatkan limbah produksi keripik. Mereka adalah Achmad Ilmi Arya Putra (FTP-2017), Wahyu Triyanto (FTP-2017), Wahyu Dhiki (FTP-2016), Daisy (FTP 2017), Riska Niar (FTP-2018), dan Talitha Salsabila (FT-2017). Di bawah bimbingan dosen Joko Prasetyo S.TP., M.Si, mereka berhasil mendapatkan pendanaan dalam ajang Program Kreativitas Masyarakat (PKM) tahun 2020 bidang Penerapan Teknologi yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementrian Pendidikan Kebudayaan.
Ketua tim Achmad Ilmi Arya Putra menyampaikan, gagasan tersebut berawal dari permasalahan minyak jelantah yang dihadapi oleh para pelaku industri keripik di Malang Raya, salah satunya UKM Gunung Sari. UKM Gunung Sari adalah produsen keripik singkong dan pisang dengan jumlah produksi keripik singkong mencapai 1,5 kwintal per hari dan keripik pisang mencapai 30 kg per hari.
“Dalam sekali produksi, UKM Gunung Sari menghabiskan sekitar 62 liter minyak goreng. Hal ini yang kemudian menjadi permasalahan, karena kebutuhan minyak goreng yang tinggi meningkatkan biaya produksi. Namun di masa pandemi ini penjualan mereka menurun yang otomatis memyebabkan produksi juga menurun, sedangkan harga bahan baku naik, terutama harga minyak yang makin melambung,” jelas Achmad Ilmi.

Ia melanjutkan, biaya pengeluaran untuk bahan baku minyak yang awalnya Rp 600 ribu untuk satu kali produksi, saat ini meningkat menjadi Rp.700 ribu per produksi karena situasi pandemi. Biaya produksi yang meningkat sementara produktivitas dan permintaan pasar yang menurun mengancam keberlanjutan usaha.
“Sebelum masa pandemi, UKM tersebut juga menghadapi permasalahan lain, terutama saat produksi sedang tinggi. Limbah kulit pisang dan kulit singkong dari sisa pengolahan menumpuk dan mengancam higienitas area produksi. Untuk itu kami menciptakan teknologi inovasi penjernih minyak jelantah dengan bahan baku dari pemanfaatan limbah produksi, yaitu kulit pisang dan kulit singkong,” paparnya.
Proses purifikasi terdiri dari dua proses penjenihan yang dilakukan secara non-thermal, yakni penjernihan dengan metode elektrolisis dan adsorben dari limbah kulit pisang dan kulit singkong. Limbah dari hasil produksi tersebut disulap menjadi adsorben kulit singkong yang mampu menurunkan kadar logam dan bilangan peroksida pada minyak, serta adsorben bubuk kulit pisang yang mampu menurunkan kadar lemak bebas (FFA).

Selain itu, sistem juga dilengkapi dengan adsorben bentonit sebagai pemurni minyak dalam segi warna dan mengadsorpsi residu dari elektroda karbon. Sementara itu, penjenihan dengan metode elektrolisis menggunakan elektroda karbon yang dapat memisahkan kadar air dari minyak jelantah.
Teknologi ini diharapkan untuk dikembangkan dan direalisasikan di masa mendatang mengingat potensinya yang besar dalam menurunkan produksi limbah minyak jelantah dari kalangan pelaku industri keripik
“Melalui teknologi ini, kami berharap dapat menjawab permasalahan minyak jelantah yang dihadapi mitra. Penggunaan kembali minyak jelantah yang telah dipurifikasi tentunya dapat menekan biaya produksi sehingga meningkatkan profit bagi mitra,” pungkas Achmad. [Daisy/Humas UB]