Perkembangan teknologi untuk membantu mempermudah segala kegiatan manusia kini telah memasuki eraInternet of things (IoT). Yaitu suatu era dimana benda-benda di sekitar manusia dapat terhubung dan berkomunikasi satu sama lain melalui jaringan internet. Arti berkomunikasi disini bukan seperti manusia berkomunikasi secara lisan, melainkan komunikasi yang bermakna bahwa benda-benda dapat menerima perintah dari manusia dan juga dapat memberikan informasi pada manusia. Bahkan IoT juga memungkinkan perintah dan informasi tersebut dapat saling diberikan meskipun manusia dan benda tidak sedang dalam posisi berdekatan.
Sebelumnya masyarakat berkomunikasi dengan benda malalui kontak atau sentuhan langsung. Sebagai contoh manusia memberi perintah pada lampu untuk menyala dengan menekan saklar. Hal ini berarti orang harus berada dilokasi saklar saat ingin menyalakan lampu. Dengan teknologi IoT memungkinkan manusia untuk memberi perintah pada berbagai benda dari jarak jauh dan melihat serta memantau kondisi benda dari jarak jauh pula.
Untuk mengembangkan teknologi berbasis IoT dibutuhkan pengetahuan tentang berbagai disiplin ilmu. Adapun beberapa hal penting yang diperlukan dalam membangun teknologi IoT mencakup; (1) coding atau pemrograman untuk membangun aplikasi yang kemudian akan menjadi bahasa pengendali untuk benda, (2) protokol sebagai penghubung dalam komunikasi data dan informasi, sehingga proses pertukaran data dan informasi dapat berjalan dengan baik dan benar, (3) enkripsi yang berfungsi mengamankan data dan informasi sehingga tidak mudah diketahui oleh pihak luar yang tidak bertanggungjawab, (4) server management yaitu mengelola pusat data komputer/server agar dapat selalu berfungsi dengan baik dan meminimalkan down pada server.
Banyaknya detil yang harus diurus untuk membuat IoT tersebut membuat pengembang IoT seringkali kesulitan bahkan terhenti dalam pengembangannya. Memahami hal tersebut, maka salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya (FILKOM UB) Dienastya Galih P. (Teknik Informatika/2012) membuat sebuah aplikasi yang membantu menyederhanakan proses pembuatan IoT. Aplikasi tersebut diberinama Easy-Hub. Dijelaskan oleh Dienastya bahwa Easy-Hub akan menangani masalah network, routing protocol, security, database, mobile application dan management user, sehingga pengembang IoT hanya perlu fokus pada penjualan dan pengembangan rekayasa hardware.
“Seringkali dalam pengembangan IoT, kesulitannya adalah menghubungkan aplikasi pengontrol yang biasanya diinstal pada mobile device dengan benda atau hardware yang akan dikontrol. Easy-Hub membantu menyederhanakannya sehingga pengembang tinggal fokus pada pengembangan hardware,” jelas Dienastya.
Keunggulan Easy-Hub ditinjau dari sudut pandang pengembang adalah (1) mudah dikonfigurasikan, (2) Tool yang tersedia mudah dioperasikan, (3) menyediakan visual programming sehingga lebih mudah dipahami, (4) biaya yang murah. Untuk sebuah prototype Easy-Hub controller hanya dibutuhkan dana Rp.80.000,- saja. Mengingat trend IT yang terus mengarah pada pengembangan IoT maka Easy-Hub diyakini bisa diterima baik oleh masyarakat khususnya pengembang IoT.
Keistimewaan Easy-Hub telah diakui oleh para pakar IT yang menjadi juri pada kompetisi Samsung IdeAction bulan Juli 2016 lalu. Dalam ajang kompetisi tersebut Easy-Hub didaulat menjadi juara 3 dan Dienastya sebagai pengembang Easy-Hub diberikan reward beasiswa pendidikan senilai Rp. 60 juta serta 1 unit Samsung Galaxy A7. [dna]