
Sebagai apresiasi pemerintah terhadap pengembangan industri halal nasional, Kementerian Perindustrian kembali mengadaka Indonesia Halal Industry Award 2022. Penghargaan ini diselenggarakan pada Sabtu (9/12/2022) di Jakarta Convention Center. Di ajang ini, Universitas Brawijaya meraih dua penghargaan pada dua kategori sekaligus, yaitu Best Halal Social Impact Initiative dan Best Halal Innovation untuk kelompok perguruan tinggi. Menurut Dr Sucipto, STP, MP, IPU, selaku Ketua Tim persiapan ajang ini, IHYA ditujukan untuk mendorong industri halal itu lebih bergairah.

“Yang membuat UB menjadi pemenang karena UB telah memiliki inisiatif yang kuat untuk mengintegrasiskan berbagai lembaga yang memberi sosial tinggi dan menjadi model kampus-kampus di Indonesia. Kita menyebutnya Ekosistem Halal Tri Dharma (3D) perguruan tinggi, yang mencakup aspek pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat,” imbuhnya.
Penghargaan Best Social Impact diraih karena UB telah mengembangkan berbagai kelembagaan dan kegiatan yang memiliki social impact besar antara lain Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) UB menjadi LPH kampus yang beroperasi perdana di Indoinesia. Laboratorium halal di bawah Lab Sentral Ilmu Hayati (LSIH) UB menjadi rujukan pendirian LPH di Jawa Timur. “Ada 10 LPH merujuk ke lab halal LSIH UB, karena telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN). Berikutnya, Institut Halal Thoyyib (IHT) UB memberi impact dalam pelatihan dan pendampingan sertifikasi halal, khususnya melalui program self declear. Halal Qualified Industry Development (Hal-Q ID) yang telah banyak berkonstribusi dalam melakukan riset halal”, terang dosen Fakultas Teknologi Pertanian ini.
Sedangkan Best Innovation diraih karena UB dinilai sebagai kampus yang memiliki inovasi dalam mengembangkan industri halal di Indonesia. “Inovasi tersebut berupa halal tracking yang dapat menelusuri aspek halal produk dari produsen sampai konsumen,” kata Sucipto dosen FTP yang juga menjadi ketua Halal Qualified Industry Development (Hal-Q ID) Fakultas Teknologi Pertanian ini. Teknologi Radio Frequency Identification (RFID) dapat dikembangkan untuk mengidentifikasi pengiriman daging dari rumah potong hewan (RPH) ke konsumen konsumen, khususnya industri. “Kita dapat melakukan identifikasi dan pelaporan secara real time menggunakan sensor suhu, kelembaban atau relative humidity (RH), dan posisi atau Geographic Information System (GIS), kemudian jenis potongan karkasnya, RPH mana yang mengirim, dan konsumen mana yang menerima. Semua dapat dipantau dengan Handphone (HP) selama distribusi produk tersebut,” imbuhnya.
Harapan kita UB semakin lebih bersemangat melakukan berbagai upaya, terus berinovasi dalam pengembangan industri halal, tidak hanya untuk UB, tetapi untuk kepentingan nasional dan dunia. Peluang industri halal yang semakin besar itu dapat ditangkap pleh pelaku bisnis di seluruh Indonesia. Ini membutuhkan kerjasama berbagai pihak baik lembaga riset, program studi, fakultas, dan berbagai kelembagaan di perguruan tinggi. Bahkan diperlukan kerjasama antara perguruan tinggi dengan berbagai kementerian, lembaga, dan industri di skala nasional dan global. Karena itu konsep Ekosistem Halal Tri Dharma (3D) perguruan tinggi ini akan terus dikuatkan.
”Diharapkan peran stakeholder lebih kuat dari waktu ke waktu. Untuk itu perlu melibatkan perguruan tinggi, lembaga riset halal, perusahaan, dan pemerintah daerah, bahkan organisasi sosial. Kriteria secara umum social impact adalah bagaimana pengembangan industri halal dapat memberikan impact yang tinggi kepada masyarakat sekitar”, pungkasnya.