
Dua perwakilan dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (FPIK UB) Prof. Aida Sartimbul dan Sonia Putri M (Mahasiswa pasca) menghadiri kegiatan kolaborasi multilateral Southeast Asia Pacific (SEAP) berupa pertemuan ilmiah, produksi film dokumenter, dan koordinasi final serta rencana pengajuan proposal tahap ke-2 selama sembilan hari (13/3-21/3/2025).
“Kegiatan ini bertujuan mengetahui sumber dan distribusi Mikroplastik di Asia Tenggara, peran MPs sebagai vector pada pencemar dan penyakit, serta menganalisis dampaknya pada perikanan tagkap dan budidaya serta manusia,” kata Prof Aida.

Dia menambahkan, Mikroplastik telah mencemari semua makanan dan kehidupan kita, mulai dari produk peternakan, pertanian, perikanan, apalagi air minum kita.
Dalam jurnal Environmental Pollution, penduduk Amerika telah mengkonsumsi sekitar 11.469 partikel MPs setiap tahunnya, atau sekitar 30 partikel MPs per harinya. Bisa jadi penduduk Indonesia telah mengkonsumsi lebih banyak lagi,” kata Prof Aida.

Sonia Putri M sedang menjelaskan mengenai penelitian mikroplastik yang tengah dilaksanakan.
Secara garis besar terdapat empat aktivitas di Thailand ini, yang meliputi pembuatan film dokumenter, penyelesaian penulisan artikel berikut publikasinya, seminar ilmiah hasil penelitian, evaluasi hasil penelitian dilanjutkan diskusi untuk keberlanjutan program SEAP tahap 2.
Pembuatan film dokumenter ini meliput seluruh rangkaian aktifitas, mulai sampling, kegiatan laboratorium, sampai seminar hasil.
Pengambilan gambar dilakukan di beberapa tempat sebagai perwakilan kondisi sebenarnya, yaitu Pantai Si Racha (Gulf of Thailand), Marine Station milik Kasetsart University yang berlokasi di Si Racha, sekitar 110 km tenggara Bangkok, laboratorium Bioteknologi dan sains serta ruang meeting, Faculty of Science, Kasetsart University, Mueang Samut Prakan – Thai Ban Mangrove Village, dan meeting room di Hotel Ibis Bangkok.
Dalam pembuatan film tersebut, Tim Indonesia bertugas memperagakan langkah analisis mikroplastik pada ikan secara bertahap dimulai dari pembedahan ikan, pemilahan bagian-bagian daging, lambung, dan insang, proses destruksi, Analisis MPs mulai identifikasi jenis, bentuk, warna, dan ukuran, sampai dengan perhitungan kelimpahan MPs serta analisis jenis polimernya.
Dalam kesempatan ini juga dilakukan diskusi dan wawancara tentang pelaksanaan SEAP, tantangan yang dihadapi dari masing-masing negara, serta solusi yang yang telah dilakukan.
Wawancara dilakukan langsung oleh penanggung jawab SEAP project dari University of Stirling-UK, A/Prof. Sabine M-Surget dan dipandu oleh Ivan, seorang profesional film production dari Barcelona.
Puncak acara kolaborasi penelitian multilateral dan multitahun ini adalah Seminar ilmiah dan pembahasan rencana program ke depan. Kegiatan ini dilakukan di Hotel Ibis Bangkok pada (20/3/2025). Setiap negara yang terlibat mempresentasikan hasil risetnya masing-masing terkait MPs untuk memberikan informasi perkembangan, kendala, dan solusi yang dilakukan.
Delegasi Universitas Brawijaya, Prof. Aida Sartimbul menyampaikan presentasi berjudul “Impact of MPs on Fisheries and Aquaculture in Indonesia: Case Study in Bali Strait, East Jawa, and Jakarta Bay”.
Sementara Sonia Putri Maulidya membawakan presentasi berjudul “Microplastic Contamination in Pelagic Fish from the Bali Strait: Analyzing Abundance in Flesh, Gills, and Stomach”.
Sebagai informasi, program SEAP ini telah mendanai empat judul penelitian, dua judul diantaranya telah melibatkan anggota tim dari Indonesia, yaitu BRIN dan UB.
Adapun SEAP yang berkolaborasi dengan UB berjudul: “Sources, impacts and solutions for plastics in South East Asia coastal environments”, yang terbagi menjadi 4 work packages yaitu pertama Source and sink of MPs, MPs degradability, MPs vectors of contaminants and patogens, dan keempat impact of MPs on Fisheries, Aquaculture, and Human Health”.
Kolaborasi riset ini merupakan kerjasama multilateral dan multitahun (2021-2024) bekerjasama dengan beberapa universitas (University of Stirling-UK, Herriot-Watt University-UK, Kasetsart University-Thailand, Universitas Brawijaya-Indonesia, Swinburne University of Technology Sarawak Campus-Malaysia, Nanyang Technological University-Singapore, dan Mons University-Belgium) dan satu institusi (National Oceanography Centre-UK) yang didanai oleh 3 (tiga) sumber pendanaan yaitu Natural Environment Research Council (NERC)-UK (£668,055), National Oceanography Centre-UK (£53,772), dan National Research Foundation (NRF)-Singapore (S$1,243,790.40) dengan nomor MoU: NERC Ref: NE/V009621/1 – NOC Ref: NE/V009591/1 – NTU Ref: REQ0178480, yang ditandatangani oleh seluruh pimpinan institusi. (AIDA/Humas UB).