
Diusia yang masih muda, yakni 27 tahun, Dr. Dewi Ratih Tirto Sari, S.Si., M.Si berhasil menyelesaikan S3 Biologi pada Fakultas MIPA Universitas Brawijaya (UB). Ia juga merupakan mahasiswa pertama yang berhasil lulus tepat waktu melalui program Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) batch III dari Dikti. Yakni menyelesaikan S2 selama satu tahun dan S3 selama tiga tahun di UB.
Dewi, sapaan akrabnya, berhasil lulus tepat waktu selama empat tahun di bawah bimbingan dan arahan dari Prof. Fatchiyah, M.Kes, PhD, Anna Safitri, S.SI., MSc., PhD, dan Prof. James R. Ketudat Cairns, PhD. Diseminasi hasil penelitian digelar pada hari Rabu (02/06/2021), dan dinyatakan lulus pada Senin (07/05/2021).
Prof. Fatchiyah, M.Kes, PhD selaku dosen pembimbing menyampaikan, Dewi hanya perlu mengikuti diseminasi hasil disertasi saja tanpa ujian akhir disertasi, karena pencapaian yang diperoleh, yaitu lima jurnal internasional terindeks scopus Q2-Q3, dan sebagai penyaji dalam tiga seminar internasional, yaitu 1st ICHST 2018; 5th ICAMBBE 2018; dan AOCE-SICEM Korea 2020. Selain itu, Dewi juga ikut serta menuliskan hasil penelitiannya dalam satu Bab Buku yang berjudul “Beras Berpigmen Asli Indonesia” yang terbit di MNC Publishing.
Berawal dari kurangnya mengenalnya beras hitam di masyarakat dan manfaat beras hitam dalam mengontrol penyakit metabolik, Dewi dalam studinya mengangkat penelitian yang berjudul “Studi Profil Genomik, Proteomik, dan Karakterisasi senyawa Bioaktif Beras Hitam Lokal (Oryza sativa L.) secara in vitro dan in silico”.
Menurut Prof. Fatchiyah, penelitian yang diangkat Dewi merupakan bagian dari penelitian Prioritas Riset Nasional (PRN) tentang Padi Berpigmen di Indonesia. Dalam penelitiannya, Dr. Dewi mengungkapkan dari segi plasma nutfah, ketiga jenis beras hitam dari Jawa mamiliki variasi sekuens spesifik yang tidak dimiliki beras hitam Kamboja dan beras hitam japonica dari Jepang.
Temuan lainnya, beras hitam dari Jawa juga memiliki kandungan nutrisi asam amino esensial dan non esensial yang lebih tinggi dari beras putih dan beras merah, yang mana asam amino esensial dan non esensial seperti leusin, ileusin, tersebut baik untuk perkembangan dan pertumbuhan sel serta untuk mengatasi kekerdilan atau stunting. Selain itu, beras hitam dari jawa Barat mengandung senyawa antosianin yang lebih tinggi yang dapat digunakan untuk terapi obesitas, kedepannya beras hitam ini sebagai produk pangan fungsional untuk mencegah obesitas.
“Penelitian di Pusat Studi Smonagenes telah membuktikan bahwa beras hitam baik untuk mengontrol obesitas dengan menurunkan kadar kolesterol, sedangkan beras merah cenderung untuk diabetes,” imbuh Prof. Fatchiyah.
Dewi mengerjakan penelitiannya di laboratorium Smonagenes, Laboratorium Biomol, Institut Biosains, laboratorium Fisiologi Tumbuhan, Laboratorium Biomol Jurusan Biologi UB, dan Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia UB.
Selama menempuh studi S3, Dewi juga berkesempatan mengerjakan penelitiannya melalui program PKPI DIKTI selama lima bulan di Thailand dengan kampus tujuan Suranaree University of Technology. [fat/drts/Humas UB]