Dosen UB Dampingi Natuna Jadi Desa Berkembang

Tim Doktor Mengabdi (DM) dan KKN-Tematik Dampingi Desa Pengadah, Natuna, sejak tahun 2018

Dosen Universitas Brawiaya (UB) memberikan pendampingan kepada Desa Pengadah, Kabupaten Natuna, hingga statusnya berubah dari Desa Sangat Tertinggal menjadi Desa Berkembang. Pengabdian ini dilakukan melalui program Doktor Mengabdi (DM) dan KKN-Tematik Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) sejak tahun 2018 hingga 2022 secara berkelanjutan.

Tim Doktor Mengabdi terdiri dari Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, M.S, Dr. Ir. Atiek Iriany, M.S, Agung Sugeng Widodo S.T.,MT.,Ph.D, Dr. Ir. Susinggih Wijana, M.S, Dr. Abdul Madjid, S.H.,M.Hum, dan Moh. Mahmuddin Ridlo.

Ketua Tim Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, M.S menyampaikan, penduduk di desa Pengadah, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna, sebanyak 556 jiwa dengan 171 kepala keluarga. Mayoritas masyarakat setempat berprofesi sebagai nelayan dan petani tergantung musim. Pada tahun 2017, desa ini berstatus Desa Sangat Tertinggal berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendesa PDTT).

“Selain itu, wilayah perbatasan ini juga merupakan isu nasional yang memerlukan kehadiran berbagai stakeholder termasuk perguruan tinggi dalam pengembangan potensi wilayah, baik untuk SDA maupun SDM. Untuk itu pendampingan dilakukan pada desa ini,” terang Mahmudi.

Berbagai kegiatan dilakukan selama pendampingan desa Pengadah. Agung Sugeng Widodo S.T.,MT.,Ph.D mengatakan, pada tahun pertama, tim DM melakukan observasi dan pemetaan potensi SDA dan SDM. Sedangkan pada tahun kedua dilakukan inisiasi produk unggulan desa.

“Pada inisiasi produk unggulan desa ini, industri batik motif Natuna mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah desa Pengadah maupun pemerintah daerah Kabupaten Natuna, yang selanjutnya menjadi goal tim DM ini, yakni ‘Desa Wisata Batik Pengadah yang Berdaya’,” jelas Agung.

Tim DM juga memberikan pelatihan produk unggulan desa lainnya, seperti pembuatan kerupuk ikan, keripik pisang, keripik ubi, dan produk utama hasil laut yaitu ikan bilis.

Pada sektor pariwisata, Kabupaten Natuna memiliki 179 destinasi wisata mulai dari pantai, air terjun, gunung, dan situs bersejarah. Namun kendala akses seperti tingginya biaya transportasi dan tiket pesawat menjadi hambatan bagi para wisatawan. Untuk itu tim DM melakukan Pembentukan Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS), dan pendampingan Peraturan Desa (Perdes) tentang Pengelolaan Desa Wisata.

Selanjutnya, disampaikan Dr. Ir. Atiek Iriany, M.S,  pendampingan dilakukan untuk pemasaran produk unggulan, penguatan kelembagaan dan legalitas produk unggulan desa, serta Strategi Economic Branding destinasi wisata.

“Melalui berbagai pelatihan dan pendampingan tersebut, pada tahun 2020 status Desa Pengadah berubah dari Desa Sangat Tertinggal menjadi Desa Berkembang. Selain itu, Desa Pengadah menjadi salah satu Desa Wisata yang telah ditentukan oleh Peraturan Bupati No. 203,” ungkap Atiek.

Atiek juga memaparkan adanya peningkatan ekonomi masyarakat desa melalui berbagai produk unggulan, dan saat ini dalam tahap pembuatan blueprint desa wisata untuk Wisata Mangrove, Geosite Tanjung Datuk, dan Geosite Goa Kamak.

Kegiatan ini juga melibatkan mahasiswa UB melalui program KKN-Tematik.

“Setiap tahunnya ada empat mahasiswa KKN-Tematik yang diberikan pembekalan sebelum turun lapang ke Natuna selama satu bulan,” ujar Atiek.

Saat ini, tim DM sedang menjajaki Program Matching Fund (MF) dengan Mitra Desa Air Lengit, Kabupaten Natuna. Dan sudah menghasilkan fokus tema MF adalah pendampingan Agrominawisata berbasis tanaman herbal dan perikanan darat. [Irene]