Delapan dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK), Fakultas Teknik UB (FTUB) memberikan pelatihan “Eco Printing” pada masyarakat Perumahan Griyashanta Kota Malang.
Dosen yang tergabung dalam Laboratorium Environment, Infrastructure, and Information System (EIIS) ini melaksanakan pelatihan selama 4 hari, 19-22 September 2020.
Pelatihan dilaksanakan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan serta membatasi peserta pelatihan yaitu sebanyak 12 orang per hari.
“Kami ingin meningkatkan keterampilan masyarakat agar lebih produktif meski dalam masa pandemi. Produk eco printing ini kami yakini bisa membantu karena memiliki nilai jual tinggi, serta dapat mengurangi produksi sampah khususnya sampah organik,” ujar Imma Widyawati Agustin, S.T., M.T., Ph.D., selaku Ketua Pelaksana.
Dalam pelaksanaannya Imma yang juga Ketua Lab EIIS ini dibantu ketujuh dosen lainnya yaitu; Dr Ir Budi Sugiarto Waloejo MSP, DrTech Christia Meidiana ST MEng, Ir Ismu Rini Dwi Ari MT PhD, Adipandang Yudono SSi MURP, Dr Septiana Hariyani ST MT, Nailah Firdausiyah ST MT MSc, dan Kartika Eka Sari ST MT.
Kegiatan eco printing sendiri merupakan proses mentransfer warna dan bentuk ke kain melalui kontak langsung antara kain dan daun. Teknik eco printing biasanya diaplikasikan pada bahan berserat alami seperti kain kanvas, katun, sutra dan linen.
Proses pembuatan eco printing ini terdiri dari bahan bahan alami dan tidak menggunakan bahan kimia sehingga lebih ramah lingkungan. Dalam pelatihan ini peserta pelatihan mendapat dua teknik eco printing; teknik steam dan Pounding/Hapazome/Pukul.
“Saat ini eco printing menjadi keterampilan yang berpotensi dapat bersaing di pasar textile, serta cocok untuk usaha kecil menengah karena bahan utama yang dibutuhkan berasal dari daun daun sehingga tidak memerlukan modal yang banyak.” imbuh Imma.
Usai penyampain materi, peserta pelatihan diarahkan untuk melakukan praktek pada media yang sudah disediakan oleh penyelenggara pelatihan tentunya dengan masih dipandu oleh para mentor.
Teknik yang dipraktekkan pertama adalah teknik steam. Peserta diarahkan untuk mengikuti instruksi dari pelatih yang dimulai dari menata daun daun diatas kain sesuai dengan selara, lalu melipat nya menjadi dua kemudian digulung menggunakan kayu dan terakhir diikat menggunakan tali raffia.
Proses pewarnaan akan terjadi pada saat dikukus/steam selama kurang lebih satu jam. Setelah melewati proses kukus dan didiamkan hingga dingin, kain siap untuk dibuka.
Sambil menunggu proses pengukusan selesai, peserta diajak menggunakan metode kedua, yaitu Teknik Pukul/Pounding/Hapazome. Cara kedua ini lebih sederhana, peserta tinggal meletakkan bagian daun di atas kain dan memukulkannya dengan palu hingga motif daunnya tercetak di kain.
“Cara ini cukup mudah tapi juga agak melelahkan, namun hasilnya sangat memuaskan karena bisa langsung terlihat,” ujar Christia Meidiana, saat menerangkan metode ini.
Proses akhir dari kedua metode itu sama, yaitu fiksasi. Usai dikukus dan dipukul-pukul, kain yang sudah memiliki corak harus diangin-anginkan dulu selama 3-5 hari lalu direndam dengan larutan tawas/soda abu untuk mengikat warna ke kainnya. (ros/mic)