Dosen Kimia UB Sajikan Hasil Penelitiannya di The 9th ACCC9 Bangkok, Thailand

Dosen dan peneliti FMIPA UB Yuniar Ponco Prananto, S.Si., M.Sc., Ph.D Sajikan Hasil Penelitiannya di The 9th ACCC9 Bangkok, Thailand

Dosen dan peneliti Fakultas MIPA Universitas Brawijaya (FMIPA UB) Yuniar Ponco Prananto, S.Si., M.Sc., Ph.D mempresentasikan hasil penelitiannya di the 9th Asian Conference on Coordination Chemistry (ACCC9) Bangkok, pada 19-22 Februari 2024.

Dosen yang mendalami bidang kajian Kimia Koordinasi ini mempresentasikan penelitiannya yang berjudul “Crystal Structure of 4- Picolinyl Cyanohydroximinoacetamide Complexes with K(I), Cs(I), and Tl(I)”.

Yuniar merupakan satu-satunya delegasi dari Indonesia yang datang dan berkesempatan menyajikan hasil penelitiannya terkait senyawa koordinasi dari kelas Metal-Organic Frameworks (MOF) yang terbuat dari ligan baru yaitu 4-Picolinyl Cyanohydroximinoacetamide (atau disingkat dengan H2-4pcha) di dalam sesi Main Group Chemistry.

Konferensi internasional ini merupakan pertemuan dua-tahunan yang diselenggarakan oleh komunitas peneliti dan akademisi di bidang Kimia Koordinasi se-Asia, di mana tahun ini panitia pelaksananya adalah Chemical Society of Thailand bekerja sama dengan Suranaree University of Technology dan Chulalongkorn University.

 

Konferensi ini menghadirkan setidaknya delapan plenary speakers dan 20 keynote speakers dari berbagai universitas dunia, sepeti Australia, New Zealand, Korea Selatan, Jepang, Hong Kong, China, India, Jerman, Kanada, Thailand, dan Amerika Serikat.

Kegiatan empat hari tersebut terbagi dalam beberapa sesi berdasarkan topik kajian, yaitu: MOF/COF chemistry, Single-molecule magnets and spintronics, Switchable magnetic materials, Catalytic coordination chemistry, Organometallic chemistry, F-Element chemistry, Frontiers in coordination chemistry, Luminescent compounds, Coordination cages, Supramolecular chemistry, Main group chemistry, Bioinorganic chemistry, Theoretical insights in coordination chemistry, dan Coordination compounds for medical applications.

Mengenai penelitiannya, Yuniar memaparkan, penentuan struktur kristal suatu molekul atau material anorganik sangat diperlukan untuk mempelajari hubungan antara susunan atom dan interaksi antar atom terhadap sifat fisika-kimia yang dimiliki suatu material, sehingga desain pengembangan material tersebut dapat lebih tepat sasaran dan potensi aplikasinya semakin terbuka luas.

Meskipun sintesis material anorganik berbasis senyawa koordinasi tersebut relatif mudah dan terjangkau, namun kendala yang dihadapi oleh peneliti di bidang kimia koordinasi adalah minimnya instrumentasi, yaitu Single Crystal X-Ray Diffractometer (SC-XRD), yang dapat digunakan untuk menentukan struktur dari material yang dihasilkan. Oleh karena itu, tim UB yang dimotori oleh Yanuar harus berkolaborasi dengan kolega di luar UB maupun di luar negeri (Monash University – Australia) untuk bisa mendapatkan akses ke instrumentasi tersebut.

Selain mengikuti konferensi, Yanuar juga melakukan promosi Departemen Kimia UB dan penjajakan kerjasama penelitian dengan beberapa kolega dari universitas di Thailand seperti Suranaree University of Technology dan Chulalongkorn University, maupun kolega dari universitas lain di Malaysia, Vietnam, Taiwan, Jepang, dan Australia.

Melalui konferensi tersebut, Yanuar berharap hasil penelitiannya dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu dasar bidang kimia anorganik mengenai hubungan antara susunan atom dalam suatu molekul dengan sifat fisika-kimianya. Sehingga material fungsional berbasis senyawa koordinasi dapat lebih berkembang dan dapat dirasakan manfaatnya secara luas.

Selain itu, Ia juga berharap dengan kehadirannya pada kegiatan tersebut, peneliti UB dan Indonesia dapat lebih dikenal level internasional. [YPP/Irene]