Benign Prostate Hiperplasia (BPH) merupakan penyakit tersering pada laki – laki dengan usia tua, yang terjadi pada 30% laki – laki usia 30 – 50 tahun, dan mencapai puncaknya hingga 88% pada dekade sembilan kehidupan. Dalam pengobatannya, golongan alpha-1 receptor blocker merupakan obat yang paling banyak digunakan sebagai terapi inisial lower urinary tract symptoms (LUTS) pada pasien dengan BPH sejak tahun 1990.
Pemberian antagonis receptor adrenergik alpha-1 jangka panjang dapat mengakibatkan terjadinya upregulasi, yaitu hiperaktivitas karena supersensitivitas terhadap alpha-agonist. Dengan adanya upregulasi diduga pemberian antagonis reseptor adrenergik-alpha jangka panjang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan kontraktilitas otot polos stroma prostat. Hal tersebut dipaparkan dr. Besut Daryanto, SpB, SpU(K) dalam disertasinya yang berjudul “Pengaruh Pemberian Tamsulosin Jangka Panjang terhadap Kontraksi Otot Polos Prostat, mRNA Reseptor Adrenergik-alpha, Kadar Kalsium Intrasel dan Ekspresi Enzim PKC-alpha pada Pasien BPH”. Ujian disertasi terbuka ini digelar di Gedung Auditorium Lantai 6 pada Kamis (27/09/2018).
Penelitian ini dirancang menggunakan eksperimen studi dengan membandingkan jumlah mRNA reseptor adrenergik-alpha 1, enzim PKC-alpha, kadar kalsium intrasel prostat serta kontraktifilitas otot polos prostat dari sampel pasien yang tidak pernah mendapat terapi antagonis reseptor adrenergik-alpha1 (tamsulosin 0,4 mg satu kali sehari) dan yang telah mendapat terapi tamsulosin 0,4 mg satu kali sehari selama 1 bulan dan 6 bulan yang masuk kriteria inklusi.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Besut Daryanto, berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan tamsulosin dalam jangka waktu lebih dari enam bulan akan menyebabkan upregulasi dari reseptor alpha-1 yang ditandai dengan peningkatan ekspresi mRNA reseptor alpha-1, peningkatan aktivitas enzim PKC-alpha dan peningkatan akumulasi kalsium dalam prostat dengan hasil akhir berupa peningkatan kontraksi otot polos prostat.
Saran untuk penyempurnaan penelitian ini adalah diperlukan penelitian lebih lanjut adanya upregulasi terhadap reseptor alpha apakah berkorelasi dengan dosis obat yang diberikan, seperti diketahui dipasaran terdapat dua dosis obat tamsulosin, 0,2 mg dan 0,4 mg apakah terdapat perbedaan upregulasi dari segi waktu dan jumlah terhadap dua dosis obat tersebut.
Selain itu, diperlukan penelitian lebih lanjut apakah terdapat perbedaan jumlah dan waktu terjadinya upregulasi reseptor alpha pada jenis obat yang berbeda (Jenis alpha-1 blocker yang berbeda).
Dalam disertasinya, dr. Besut Daryanto, SpB, SpU(K) diuji oleh 6 orang penguji diantaranya Prof. Dr. dr. Mulyohadi Ali, Sp.FK, Dr. dr. Basuki Bambang Purnomo, Sp.U(K), Dr. dr. Karyono Mintaroem, Sp.PA, Prof. Dr. dr. Doddy M. Soebadi, SpB, Sp.U(K), Prof. Dr. M. Aris Widodo, M.S., Sp.FK, Ph.D, dan Prof. Drs. Sutiman B. Sumitro, S.U., S.Sc. [Dinda/Humas UB]