Dharma Wanita Pusat Adakan Seminar Mencegah Penyakit Degeneratif

Dharma Wanita Pusat Universitas Brawijaya (UB) mengadakan Seminar Kesehatan: Mengenali dan Mewaspadai Penyakit ‘Keganasan’ di Gedung Auditorium Fakultas Kedokteran UB, Selasa (10/1/2023).

Ketua Dharma Wanita Rani Ulfa Widodo dalam sambutannya mengucapkan terimakasih atas kehadiran narasumber untuk memberikan pengetahuan terkait pencegahan penyakit degenerative, seperti kanker.

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya,  Dr.dr. Shinta Oktya Wardhani, Sp.PD-KHOM menjelaskan pentingnya memahami dan mengenal penyakit degenerative dan upaya pencegahannya.

Shinta mejelaskan berdasarkan Globocan, survei data kesehatan di Indonesia, kanker payudara menduduki peringkat pertama diikuti kanker leher sebagai penyakit kanker yang paling banyak diderita oleh perempuan, dan kanker paru-paru dan kanker prostat pada laki-laki di Indonesia.

“Gejala dari penyakit ini diantaranya adalah hilangnya selera makan, suara menjadi serak disertai batuk dengan frekuensi yang lama, penurunan berat badan dengan penyebab yang tidak jelas, batuk berdarah atau berwarna kecoklatan seperti warna karet, sesak nafas atau keluhan di bagian dada, infeksi bronchitis atau pneumonia yang tidak kunjung hilang,”kata dr. Shinta..

Dia menambahkan kanker paru-paru biasanya di derita oleh laki-laki yang memiliki faktor resiko  berupa perokok, usia diatas 50 tahun, faktor genetic, faktor karsinogen (sering kontak dengan bahan kimia atau radiasi), virus, penggunaan hormone, perilaku dan gaya hidup.

Kanker prostat biasanya diderita oleh laki-laki dengan faktor resiko usia lebih dari 50 tahun, orang yang menyukai makanan instan dan pengawet, faktor genetic, mutasi genetic, dan gaya hidup yang tidak sehat.

Penyakit degenerative seperti kanker ganas muncul karena adanya perkembangan zaman karena pada pola hidup yang kurang sehat,”katanya.

Maka dari itu, menurutnya masyarakat perlu mengantisipasi datangnya penyakit tersebut dengan melakukan screening ataupun deteksi dini.

Screening adalah pemeriksaan yang dilakukan sebelum ada keluhan atau gejala (biasanya dilakukan oleh kelompok orang yang berusia lebih dari 50 tahun),  sedangkan deteksi dini ialah pemeriksaan yang dilakukan setelah mengalami keluhan atau gejala tertentu (biasanya pada keadaan ini ukuran kanker sudah lebih diatas 1 cm),”katanya.

Screening biasanya dilakukan pada kelompok-kelompok yang sudah beresiko dengan cara rontgen dada untuk menilai kondisi jantung, paru-paru, saluran pernafasan, pembuluh darah, dan struktur tulang didalamnya. Pada penderita kanker paru-paru biasanya ditemukan adanya benjolan atau nodul yang terdapat di dalam paru-paru. Cara selanjutnya yang wajib dilakukan ialah pemeriksaan psikologi dahak untuk mengetahui apakah terdapat sel yang mengarah ke kanker atau tidak.

“Sedangkan deteksi dini dilakukan setelah muncul gejala dengan ct scan thorax untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda yang mengarah ke penyakit kanker,”kata dr. Shinta. [TRS/Humas UB]