Dekan FPIK Sampaikan Kontribusi Dunia Akademik untuk Peningkatan SDM Kemaritiman

Wilayah pesisir memiliki potensi besar sekaligus tantangan bagi pemerintah Indonesia. Potensi sumber daya pesisir perlu dikelola secara optimal untuk menghadirkan manfaat bagi masyarakat pesisir, baik secara fisik maupun peningkatan SDM Pesisir. Membangun wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil terluar, memiliki nilai strategis geo-politik dan geo-ekonomi, mengingat intensitas pembangunan infrastruktur dan populasi penduduk di wilayah pesisir masih rendah, sehingga dirasa penting untuk mewujudkan prespektif Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia (PMD), dengan mewujudkan reorientasi paradigma pembangunan bangsa dari sebelumnya berbasis daratan menjadi berbasis kelautan.
Dalam rangka memperingati Hari Bahari, Kemenko PMK menyelenggarakan seminar nasional “Pesisir Tangguh Untuk Indonesia Maju”.
Kegiatan yang berlangsung pada Rabu, (13/9/2023), ini merupakan bagian dari fungsi koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian kebijakan yang diemban oleh Kemenko PMK dalam rangka mendukung Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
Bertempat di gedung Heritage Kemenko PMK, seminar ini mengusung lima tema yang diangkat, antaralain Pesisir Tangguh Untuk Indonesia Maju, Aksi Nyata dalam Pemberdayaan Nelayan, Tata kelola untuk Ketangguhan Wilayah Pesisir, Inovasi Untuk Nilai Tambah Hasil Laut dan Perikanan (Penguatan Ekosistem Kelautan dan Perikanan di Wilayah Pesisir) dan Kontribusi Dunia Akademik untuk Peningkatan SDM Kemaritiman dan Kelautan di Indonesia (Best Practice Daerah Pesisir Unggulan dengan Industri Kelautan – Perikanan yang Ideal).
Dekan FPIK UB sekaligus ketua Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Perikanan dan Kelautan (FP2TPK) Indonesia, Prof. Dr. Ir. Maftuch, M.Si menjadi narasumber pada topik Kontribusi Dunia Akademik untuk Peningkatan SDM Kemaritiman dan Kelautan di Indonesia (Best Practice Daerah Pesisir Unggulan dengan Industri Kelautan – Perikanan yang Ideal).
Perguruan tinggi perikanan dan kelautan memainkan peran strategis dalam peningkatan ketangguhan pesisir, melalui kegiatan riset untuk pengembangan komoditas pesisir dan laut, serta kegiatan pengabdian masyarakat dan mahasiswa.
Dalam paparannya, Prof. Maftuch menyampaikan program, rencana dan kontribusi pendidikan tinggi yang ada di bawah payung FP2TPK Indonesia.
“FP2TPK Indonesia menaungi 139 perguruan tinggi yang memiliki program studi perikanan dan kelautan. Potensi besar yang bisa disimpulkan adalah, seluruh stakeholders perguruan tinggi dengan prodi perikanan dan kelautan yang tersebar di seluruh wilayah nusantara ini dapat menggandeng kerjasama dengan stakeholders lainnya, seperti Kemenko PMK, Kemenko Marves, KKP, Kementerian dan Lembaga lainnya sehingga potensi ini memiliki manfaat untuk pembangunan perikanan dan kelautan Indonesia,” kata Maftuch.

Seminar nasional oleh Kemenko PMK ini berupaya merealisasikan kolaborasi dan sinergi pemangku kepentingan/para pihak mitra pembangunan wilayah pesisir dengan pendekatan Pentahelix, dalam memperkuat resiliensi di wilayah pesisir dalam kerangka Pemerataan Pembangunan Wilayah. Pendekatan Pentahelix diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi kebijakan dan strategi dalam pengelolaan potensi kawasan pesisir sebagai upaya peningkatan kualitas SDM, pengenalan jati diri dan pembangunan karakter bangsa. (*/OKY/Humas UB)