
Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB), Hamamah, Ph.D., bersama lima Kepala Desa (Mangliawan, Mojorejo, Selorejo, Maduredo, Jambuwer) menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) realisasi Program Sekolah Keragaman 2 yang dikerjakan oleh Kelompok Kajian Wargakarta, Departemen Seni dan Antropologi Budaya, FIB UB pada Jumat (27/1/2023).
Dalam sambutannya, Hamamah, Ph.D. berharap, PKS ini bisa menaungi berbagai kegiatan Dosen dan Mahasiswa FIB dalam konteks implementasi Program MBKM.
“Saya berharap, PKS ini tidak saja menanungi kegiatan Sekolah Keragaman 2 yang diinisiasi oleh Kelompok Kajian Wargakarta, tetapi juga untuk memfasilitasi program-program lain yang dikerjakan baik oleh dosen maupun mahasiswa. Di FIB, kita memiliki banyak sekali kegiatan yang perlu bermitra dengan masyarakat. PKS ini semoga menjadi salah satu pintu masuk untuk dosen dan mahasiswa berkegiatan di sana,” harapnya.
Ketua pelaksana, Dr. Sigit Parwoto, menegaskan bahwa Program Sekolah Keragaman 2 ini merupakan kelanjutan dari Program Sekolah Keragaman 1. Program Sekolah Keragaman 2 akan melewati beberapa tahap, yakni Sosialisasi, Pelatihan, Gethok Tular, dan Diseminasi Hasil.
“Bedanya, subyek Sekolah Keragaman 1 adalah mahasiswa, sedangkan program Sekolah Keragaman 2 ini, subyeknya adalah masyarakat. Di Sekolah Keragaman 1, mahasiswa diajak belajar keragaman selain di dalam mata kuliah Pancasila, juga ada refleksi pengalaman di lapangan. Di Sekolah Keragaman 2 ini, fokus lebih kepada promosi praktek yang sudah ada di dalam masyarakat”, tutur Dr. Sigit.
“Kami libatkan mahasiswa juga di program ini untuk membantu masyarakat memproduksi media promosi dan menyebarluaskannya. Tujuannya supaya praktek baik yang sudah ada di dalam masyarakat tersebut bisa diketahui oleh orang lain dan syukur kalau mereka mau melakukannya juga,” imbuhnya.
Selanjutnya, Ketua Kelompok Kajian Wargakarta, Dr. Hipolitus Kristoforus Kewuel, menegaskan bahwa fokus dalam kegiatan Sekolah Keragaman 2 ini merupakan sesuatu yang sangat relevan karena berkaitan dengan branding desa yang saat ini sedang diupayakan oleh banyak pihak.
“Saat ini hampir semua desa berjuang untuk mem-branding diri. Lima desa yang terlibat dalam program ini boleh dibilang sebagai lima desa yang paling beruntung karena dibantu oleh Kelompok Kajian Wargakarta FIB UB untuk mempromosikan praktek baik mereka,”kata Dr. Hipo.
“Mangliawan dengan praktek pelestarian air, Mojorejo dengan praktek kerukunan hidup umat beragama, Selorejo dengan praktek pelestarian air, Maduredo dengan praktek pengolahan sampah, dan Jambuwer dengan praktek bersih dusun. Semua praktek baik ini, setelah dipromosikan semoga menggugah hati lebih banyak orang untuk melakukan hal yang sama. Itu saja harapan kita,” lanjutnya.
Sebagai pemateri dalam program ini, Dosen FISIP UB, Dhanny Septimawan Sutopo, M.Si., mengajak para Kepala Desa dan perwakilan masyarakat untuk mengidentifikasi apa-apa saja yang telah menjadi kekuatan praktek baik mereka.
“Dalam acara ini, saya tidak mengajak masyarakat untuk berteori tentang dirinya, tetapi lebih menggugah mereka melihat perihal kekuatan-kekuatan praktek baik yang sudah mereka jalankan. Siapa pelakunya, apa peran masing-masing pelaku, apa kekuatan-kekuatan yang dimiliki, apa hambatan-hambatan, dan lain-lain. Dengan melihat semua hal itu, kita berharap mereka memperoleh kekuatan yang riil untuk mempromosikan praktek baik mereka”, terangnya.
“Jadi sederhananya, sebelum mereka mempromisikan praktek baiknya, mereka perlu menyadari apa saja kekuatan-kekuatan yang perlu terus dipertahankan, dikembangkan, dan didorong untuk menjadi habitus mereka,” tegas Dhanny, aktivis pemberdayaan masyarakat desa.
Di akhir acara, beberapa perwakilan peserta mengungkapkan kesan dan pesannya terhadap kegiatan ini yang menjadi pembuka rangkaian kegiatan selama empat bulan ke depan.
“Kami sangat berterima kasih atas kegiatan ini yang memberi banyak wawasan kepada kami tentang bagaimana menyadari kekuatan dan kelemahan dalam praktek baik yang sudah kami jalankan di desa kami masing-masing. Kami harapkan pendampingan ini selain untuk mempromosikan praktek baik yang sudah ada, tetapi yang lebih penting adalah membantu kami untuk terus memperkuat pelaksanaan oraktek baik ini,” ungkap Kepala Desa Mangliawan, Moch Ja’i. [dts/Humas UB]