Dari Ekstrak Cabai Rawit, Jadikan Sahruni Sebagai Wisudawan Termuda

Sahruni Indramara, S.Biotek, Wisudawan Termuda Periode 18, Universitas Brawijaya
Sahruni Indramara, S.Biotek, Wisudawan Termuda Periode 18, Universitas Brawijaya

Siapa sangka, dari meneliti kandungan dalam cabai rawit hijau, mampu menghantarkan Sahruni Indramara, S.Biotek sebagai wisudwan termuda periode 18? Sahruni tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian pada Departemen Bioteknologi, angkatan 2019. Ia berhasil menamatkan masa studinya dalam waktu 3 tahun 6 bulan, dan meraih Indeks Prestasi Kumulatif di angka 3,65.

Dara kelahiran Waipo, Maluku Tengah ini memilih untuk meneliti ekstrak cabai hijau sebagai tugas akhirnya. Ketertarikannya terhadap teknologi edible coating diawali sejak menjadi peserta Program Permata Pangan, di tahun 2021 lalu, dalam mata kuliah Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen.

”Tema edible coating ini pernah disinggung dalam mata kuliah dan peluangnya sangat besar. Termasuk sebagai teknologi baru dalam proses pengawetan buah, sayur atau produk hewani di Indonesia”, jelasnya.

Ketertarikannya pun bak gayung bersambut. Di bulan Maret 2022, ia mendapat peluang untuk bergabung dalam proyek penelitian dosen yang juga membahas tentang edible coating dengan penambahan antimikroba. “Nah, zat antimikroba ini bisa didapat dari ekstrak tanaman, salah satunya adalah rawit hijau”, ujar Sahruni.

Untuk menyelesaikan tugas akhirnya, Sahruni menghabiskan waktu tiga bulan. “Bahkan hari Sabtu dan Minggu tetap berangkat untuk penelitian, kadang hingga jam delapan malam”, akunya. Proses pembuatan edible coating ini dibagi Sahruni dalam tiga tahap, yaitu pembuatan eksrtak cabai, pembuatan larutan edible coating, serta aplikasinya pada produk pertanian. Ia mengambil stroberi dan pisang sebagai bagan uji coba, dengan menggunakan metode teknik celup. ”Buah ini kemudian di analisis fisiknya selama 10 hari, di suhu ruang dan lemari pendingin”, imbuhnya.

Pelapis ini, jelas Sahruni, terdiri dari tiga bagian. Ada matriks yang terdiri dari gelatin dan kitosan dari ekstrak ekstrak kulit udang, plasticizer dari gliserol dan agen tambahan. “Saya menggunakan agen tambahan dari ekstrak cabai sebagai agen anti mikroba, tujuannya untuk memperpanjang masa penyimpanan, dari yang awalnya 4 hari menjadi 8 hari.

Ketika ditanya tentang pengaplikasian pada produk lain, ia menjawab ada kemungkinannya. ”Larutan ini dapat diaplikasikan pada produk non buah, seperti sayur atau produk hewani”, terang mahasiswi kelahiran 2002 ini. Penggunaan ekstrak cabai rawit hijau sendiri memegang kunci keunikan tersendiri. Pengujian yang dilakukan Sahruni menyebutkan, ada gelembung udara yang dihasilkan dari penambahan cabai. ”Ini dapat meningkatkan masa simpan buah ketika diberi lapisan larutan ini.

Di tengah kepadatan jadwal kuliahnya di FTP, Sahruni juga aktif di organisasi KM Plat R Malang, sebuah forum mahasiswa yang berasal dari Eks Karesidenan Banyumas. Ia juga memiliki usaha buket bunga yang masih aktif berproduksi dan dikembangkan sampai saat ini.

Hal yang paling menarik selama kuliah, imbuhnya, adalah bertemu dengan orang-orang baru. ”Saya suka bertemu dengan orang-orang yang memiliki latar belakang berbeda, dari gaya, sikap, cara bicara dan lainnya. Selain itu, saya juga menyukai tantangan. Ketika ada peluang, kenapa tidak diambil?”, ujar Sahruni

Menjalani perkuliahan di UB, imbuh mahasiswi berhijab ini, adalah keinginannnya sejak SMA. ”Saya tertarik dengan seluk beluk dunia molekuler dan penelitiannya, hingga saat ini. Tidak pernah terlintas dalam benak saya bisa menyelesaikan studi di usia 20 tahun dan dalam waktu 3 tahun 6 bulan. Bukan perjalanan yang singkat, namun memberikan pengalaman baru setiap harinya”, pungkas perempuan yang becita-cita membuka usaha sendiri ini. (VQ)