Cerita Mahasiswa Vokasi di IISMAeVo : Impian sejak Kecil untuk bisa ke Inggris

Menjejakkan kaki di Inggris adalah impian Lucy Fitria Rizky Nasution. Lucy adalah mahasiswa Prodi Administrasi Bisnis, Fakultas Vokasi, Universitas Brawijaya. Saat ini, Lucy berkesempatan untuk berkuliah satu semester di University of Portsmouth, Inggris melalui Program IISMAeVO, pertukaran mahasiswa vokasi.

Inggris adalah negeri impian Lucy sejak kecil, yang hanya bisa di lihat melalui layar televisi. “Dari sini muncul keinginan saya untuk mendapat beasiswa belajar ke luar negeri. Pilihan pertama saya adalah University of Stracthlyde, dan akhirnya panitia memutuskan untuk menempatkan saya di sini. Dan kini, impian saya akhirnnya terwujud”, tutur Lucy.

Adaptasi yang dilakukan Lucy selama di Inggris pun terbilang berat. “Saya kesulitan saat memahami aksen British pada saat dosen menjelaskan. Namun, justru di sini tantangannya. Saya harus bisa belajar dua kali lebih keras. And this feeling is what i’ve missed from myself since years ago, and, I got it back here”, ujarnya melalui pesan singkat.

“Para dosen di sini mempersiapkan dan menjelaskan materi dengan totalitas. “Di dukung dengan fasilitas-fasilitas dan teknologi yg mumpuni, sistem yang terstruktur, dan para dosen juga berusaha membuat mahasiswanya nyaman dan memahami materi yang disampaikan”,imbuhnya.

Tidak hanya adaptasi bahasa, Lucy pun harus menyesuaikan diri dengan cuaca di Inggris. “Seminggu pertama, sempat jetlag, Minggu kedua, sempat tidak enak badan karena faktor makanan, cuaca yang sampai di suhu 6°-8° C. Tapi akhirnya saya bisa terbiasa. Jika ada yang paling saya rindukan dari Indonesia, tentu saja makanannya karena warga lokal tidak makan nasi. Yang menarik juga, ternyata orang-orang disini tidak seindividualis yang saya kira. Terkadang malah mereka antusias untuk menyapa dan berkenalan. Tapi ini tetap Inggris. Orang-orang tetap menjunjung asas liberalisme. And you do you”, jelas mahasiswa angkatan 2020 ini.

Selama mengikuti IISMA banyak pelajaran yang ia dapatkan, seperti bagaimana manajemen waktu dan keuangan yang lebih baik, bersosialisasi dengan warga lokal dan internasional, bagaimana aku sebagai seorang muslim harus memposisikan diri di tengah-tengah perbedaan ini, itu semua membuka pikiran dan memperluas wawasan.

Hal yang paling berkesan bagi Lucy, adalah ketika ia harus berusaha merepresentasikan diri sebagai muslimah Indonesia yang cerdas. “Merasakan belajar di kelas, berinteraksi dengan orang-orang dari dalam dan luar negeri, dan tentu saja berkeliling ke tempat-tempat yang dulunya hanya bisa saya saksikan di ruang keluarga pada saat nonton TV”, imbuh mahasiswi berhijab ini.

“Target untuk dapat beasiswa di luar negeri sebelum umur 20 tahun pada akhirnya tercapai. Bersyukur kepada Allah, diri sendiri dan terima kasih kepada IISMA. Bukan hal yang mudah untuk bisa disini, bukan pula hal yang sulit. Buktinya, saya baru mencoba puluhan kali untuk target ini, dan Tuhan selalu tahu kapan waktunya. Dan memang benar, kalau melihat lagi kebelakang, ini memang waktu yang tepat,”katanya. (nice/VQ)