Cegah Penyakit Antraks dengan Disease Warning System

Pengenalan Disease Warning System dan pencegahan penyakit antraks di Desa Tegowangi

Tim Doktor Mengabdi (DM) Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya (FKH UB) kenalkan Disease Warning System (DWS) dan pencegahan penyakit antraks kepada masyarakat Desa Tegowangi, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri, Sabtu (06/07/2024). Kegiatan ini bekerjasama dengan Badan Usaha Milik Desa Tegowangi.

Ketua Tim DM drh. Gretania Residiwati, M.Si. Ph.D mengatakan, tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat Desa Tegowangi mengenai bahaya penyakit antraks, cara penularannya, serta langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk melindungi kesehatan hewan dan manusia. Selain itu, juga untuk memperkenalkan DWS sebagai alat deteksi dini untuk meminimalisir penyebaran penyakit menular berbahaya pada ternak, salah satunya adalah penyakit antraks.

Tim DM memperkenalkan DWS, menjelaskan konsep dan cara kerjanya, manfaatnya dalam deteksi dini penyakit, serta pencegahan penyebarannya. Direncanakan sistem ini akan siap digunakan dalam jangka waktu 1,5 bulan ke depan untuk selanjutnya siap diinstal secara gratis dan digunakan pada smartphone tenaga kesehatan hewan, peternak, serta masyarakat luas.

Pemaparan Disease Warning System oleh Ketua Program Doktor Mengabdi, drh. Gretania Residiwati, M.Si. Ph.D

DWS merupakan sistem aplikasi yang mendeteksi, memantau, dan memberikan peringatan dini terkait potensi wabah atau penyebaran penyakit pada ternak, sehingga dengan adanya DWS, tindakan pencegahan dan penanganan dapat dilakukan dengan cepat untuk mencegah dampak dan kerugian peternak.

Gambaran alur DWS dimulai dengan pengoleksian data, pemrosesan data untuk memunculkan peringatan deteksi penyakit, yang selanjutnya memberi notifikasi pada smartphone untuk mendapatkan respon dari Tenaga Kesehatan Hewan (NAKESWAN), dan diakhiri dengan tidak lanjut oleh NAKESWAN tersebut.

penyuluhan pencegahan penyakit antraks pada warga Desa Tegowangi oleh salah satu tim Doktor Mengabdi, Farahdina Ika Nazhifah

Sementara itu pemaparan materi penyakit antraks disampaikan oleh salah satu mahasiswa tim KKN DM Farahdina Ika Nazhifah yang mencakup definisi, gejala, cara penularan, dan dampak penyakit antraks pada hewan dan manusia. Ia juga menjelaskan langkah-langkah pencegahan, termasuk pentingnya vaksinasi, sanitasi lingkungan, serta pengelolaan hewan ternak.

Meskipun belum ada riwayat terjaidnya penyakit antraks di Kabupaten Kediri, namun penyakit tersebut sudah menjadi perhatian khusus di Indonesia terutama di daerah endemik seperti Yogyakarta, khususnya Gunungkidul.

”Pada tahun 2023, tercatat tiga kematian akibat antraks di Gunungkidul, yang diakibatkan oleh konsumsi daging yang terkontaminasi bakteri antraks. Pemerintah telah mengeluarkan surat edaran untuk meningkatkan kesadaran dan penanganan kasus antraks, serta membentuk Tim Satuan Tugas Terpadu One Health yang melibatkan berbagai layanan kesehatan, peternakan, dan lingkungan, sehingga penyuluhan ini dilakukan dengan harapan meningkatkan kesadaran warga terkait dengan bahayanya penyakit antraks. Pembuatan poster dan flyer  mengenai penyakit antraks juga dilakukan untuk memperkuat pemahaman warga,” papar Gretania yang juga dosen pembimbing lapangan untuk mahasiswa KKN.

Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa Tegowangi beserta perangkat desa, perwakilan dari pengurus BUMDES Desa Tegowangi, Tim KKN DM Universitas Brawijaya, serta warga peternak Desa Tegowangi.

”Sosialisasi ini penting untuk meningkatkan kesadaran peternak di Desa Tegowangi guna menjaga kesehatan masyarakat dan ternak,” ujar Kepala Desa Tegowangi Kuswanto dalam sambutannya.

Implementasi DWS diharapkan dapat membantu dalam deteksi dini dan pencegahan penyebaran penyakit di masa mendatang. Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan masyarakat Desa Tegowangi dapat lebih waspada dan proaktif dalam menjaga kesehatan hewan ternak dan dirinya sendiri. [Farahdina/Irene]

Flyer dan poster penyakit antraks