Desa Senggreng, Kecamatan Sumber Pucung, Kabupaten Malang merupakan salah satu area di Kabupaten Malang yang menyimpan potensi besar di bidang peternakan, perikanan dan pertanian. Potensi perikanan dan pertanian dapat dilihat dari sumber daya air yang melimpah, karena dekat dengan bendungan Sutami.
Wilayah ini juga memiliki potensi di bidang wisata, seperti taman hiburan rakyat, pemancingan serta aneka olahan ikan dari hasil budidaya keramba oleh kelompok masyarakat Sumber Duren. Namun sayangnya, proses budidaya ini belum dijalankan dengan intensif. Pandemi juga berakibat pada ketersediaan pakan buatan hingga akhirnya memperlambat pertumbuhan ikan hingga waktu panen yang lambat dan ukuran tidak maksimal.
Berangkat dari permasalahan tersebut, tim Doktor Mengabdi dari Universitas Brawijaya berkolaborasi dengan praktisi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar Desa Senggreng. Tim Doktor Mengabdi yang diketuai oleh Prof. Dr. Ir. Happy Nursyam, MS, ini beranggotakan dosen dari multi fakultas, seperti Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan yang diwakili oleh Retno Tri Astuti dan Hefti Salis Yufidasari, S.Pi., M.P.., Fakultas Peternakan oleh Wike Andre Septian, S.Pt., M.Si dan Fakultas Pertanian oleh Deny Meitasari,SP., M.Sc, untuk menginisiasi budidaya ulat hongkong sebagai pakan alternatif ikan budidaya di PokMas “Sumber Duren”.
Selain dosen, tim DM ini juga melibatkan mahasiswa dari FPIK antara lain Naufal Amirudin Hussein, Farhan Amar Septiansyah, Abdillah Hanan Ash Syufi, Reghita Dwi Farikhah, Widi Raihannisa, Eduardus Kuntowibisono, Zulfikri Febriansyah, Azriel Zharif Adha Ekta Putra, Dariyus DC Sembiring, dan Syahrizal Bima Satya Dharma. “Para mahasiswa juga berkolaborasi bersama masyarakat dalam menggali potensi wisata di desa serta menemukan solusi dari permasalahan yang ada”, ujar Reghita Dwi Farikhah, perwakilan tim mahasiswa.
Selain itu, tim mahasiswa juga terlibat dalam proses budidaya ulat hongkong bersama anggota PokMas. “Kami juga berkolaborasi menggali potensi wisata dan menemukan solusi permasalahan di sekitar lokasi”, imbuhnya.
“Selama ini ikan-ikan di bendungan mendapatkan makanan dari alam saja, yang menyebabkan pertumbuhan ikan tidak pesat dan daging ikan sedikit. Pakan alami dipilih karena menurut masyarakat pakan ikan cenderung mahal”, ungkap Nur Ali sebagai salah satu pengelola tempat wisata pemancingan disana.
Tujuan kegiatan ini, menurut Happy, adalah untuk meningkatkan ekonomi selama dan setelah pandemi COVID-19 dengan mengoptimalkan hasil budidaya ikan pada kelompok mitra dengan penggunaan pakan alternatif dengan memanfaatkan ulat hongkong sebagai sumber pakan ikan kaya nutrisi dan berkelanjutan.
Pembinaan dimulai dengan pembuatan kandang dan inisiasi budidaya. “Perawatan ulat dilakukan secara rutin dan teratur sejak dalam fase telur hingga kepik sebagai indukan. Tim mahasiswa dan anggota PokMas bekerjasama untuk pemeliharaan ulat hongkong meskipun beberapa hama sempat mengganggu di masa-masa awal budidaya. Antusiasme dan kerja sama yang baik dari tim pengabdian maupun anggota PokMas membuat beberapa kendala yang muncul dapat diatasi dengan sempurna.”, imbuh Reghita.
Tim ini juga mengadakan pelatihan dan penyuluhan dengan tema “Inisiasi Recovery dan Akuakultur Berkelanjutan Melalui Pengembangan Ulat Hongkong Terintegrasi Buddaya Ikan Air Tawar di Daerah Wisata Senggreng, Kabupaten Malang”. Kegiatan ini menghadirkan pemateri dan instruktur yaitu Bapak Ngata’i dan Bapak Haris Ebi. Keduanya merupakan pembudidaya ulat hongkong dari daerah Wajak, Kabupaten Malang yang telah berkecimpung selama hampir 16 tahun.
Tidak berhenti sampai di situ. Tim ini mengoptimalisasi media sosial sebagai upaya branding dan promosi desa wisata. “Branding dan promosi penting dilakukan untuk mendapatkan memperkenalkan suatu produk, barang, jasa termasuk tempat tujuan wisata. Desa Senggreng sebagai alternatif wisata perairan, termasuk pemancingan, telah dikenal di masyarakat sekitar. Akan tetapi, promosi dan branding perlu dilakukan untuk menarik pengunjung dari luar wilayah tersebut. Untuk itu, branding dan promosi dilakukan dengan pemeliharaan dan pembuatan konten di media sosial hingga pembuatan video profil yang akan disubmit untuk diterbitkan pada media massa”, imbuhnya,
“Besar harapan dari kami TIM KKN DM mampu memberikan solusi yang tepat dimana ulat hongkong sebagai pakan alternatif mampu meningkatkan nilai gizi ikan. Nantinya akan ada pengembangan dari ulat hongkong sebagai pakan ini secara bertahap dan akan dilakukan monitoring secara berkelanjutan terhadap pembudidayaan ulat, agar nantinya pakan yang dihasilkan memiliki grade atau kualitas yang lebih baik”, pungkas Naufal sebagai Koordinator tim mahasiswa.