Daging ayam broiler menjadi primadona masyarakat Indonesia, sebab harga yang terjangkau dan pengolahannya pun mudah. Namun WHO (2017) dan Kementrian Pertanian Republik Indonesia (Kementan RI) melarang secara global penggunaan antibiotik pada ternak sehat.
Penggunaan antibiotik yang berlebihan atau salah penggunaan bisa membahayakan kesehatan ternak.
Salah satu alternatif pangan sehat bebas bahan kimia adalah broiler organik (bronik). Yaitu ayam yang sejak bibit (Day Old Chick/DOC) diternak secara alami, tanpa bahan kimia termasuk dalam pakan dan obat-obatan.
Penjelasan itu disampaikan oleh Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (Fapet UB), Dr. Ir. Irfan H. Djunaidi, M.Sc.,IPM.,ASEAN Eng dalam seminar online “Pelatihan Budidaya Broiler Organik”, Sabtu (5/9/2020).
“Keunggulan daging bronik adalah rendah Lemak (kolesterol), tidak berlendir (susut masak rendah), dan protein lebih tinggi. Secara tampilan fisik daging berwarna merah muda dan berserat halus,” Jelas Dr. Irfan
Hasil uji laboratorium BPMEI Deperindag RI menunjukkan bahwa kandungan kadar protein pada ayam organik sebesar 19.06%, bebas salmonella, tidak terdeteksi kadar arsen (As), kadar timbal (Pb), dan kadar raksa (Hg).
Sementara itu Dr.Ir. Suraya Kaffi Syahputra, M.T.A (Dosen Politeknik Negeri Lampung) yang juga bertindak sebagai narasumber, mengatakan bahwa teknik beternak ayam bronik terfokus pada dua aspek. Pertama kualitas dan higeinitas pakan, artinya bahan pakan yang diberikan harus organik yang memperhatikan keseimbangan formulasi pakan dengan nutrisi. Kedua bio security, yang meliputi sanitasi kebersihan kandang dan lingkungannya serta kesehatan DOC. (dta/Humas UB)