
Universitas Brawijaya (UB) bekerja sama dengan Direktur Jenderal Perlindungan Kebudayaan dan Tradisi, Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI), serta Pemerintah Kota Malang mewujudkan Brawijaya Tosan Aji Festival 2025 sebagai perayaan Hari Keris Nasional dan HUT Kota Malang ke-11, pada (18/4-20/4/2025) di Gedung Samantha Krida dan GOR Pertamina UB. Acara ini terdiri dari banyak rangkaian yang menyoroti sisi kebudayaan dan mengupas lebih dalam tentang budaya keris Indonesia.
“Tujuan utama kita adalah pencanangan Hari Keris Nasional, ngulik-ngulik budaya salah satunya keris atau tosan aji. Kita mencoba membawa budaya tentang keris ini ke lingkup teman–teman milenial atau gen Z. Kita juga mencoba mengumpulkan budayawan untuk memberikan edukasi kepada adik-adik,” ujar Rizal Nur Alfian, S.T., M.T., selaku Ketua Pelaksana, Jumat (18/4/2025).
Rizal menambahkan, kegiatan dimulai dengan pembukaan pameran keris dari kolektor di seluruh Indonesia, diikuti dengan talkshow Makna dan Perspektif Karakter Brawijaya, dan untuk acara puncak di hari Sabtu akan dilaksanakan pencanangan hari keris yang didatangi oleh pak Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Dr. H. Fadli Zon, S.S., M.Sc., juga seminar internasional yang dihadiri oleh tiga narasumber dari tiga negara.
Pembukaan pameran keris ditandai dengan peletakan keris koleksi pribadi milik Presiden Prabowo yang bergaya Bali. Keris ini memiliki sembilan lekukan yang dibuat dengan hati-hati. Sarungnya, yang merupakan perpaduan emas juga perak, melindungi ukiran patung penggambaran dewa dalam agama Hindu yang terukir cantik serta dihiasi berbagai batu mulia. Keris ini melambangkan kekuatan, kegagahan, juga kepemimpinan yang selalu menjadi ciri khas keris dari Bali.
Menggandeng sebanyak tiga puluh kolektor keris yang tersebar di seluruh Indonesia mulai dari Lombok, Kalimantan, Sumatra, Bali, dan juga kolektor lain dari pulau Jawa, Brawijaya Tosan Aji Festival 2025 sukses mendatangkan ratusan hingga ribuan keris. Susunan meja di dalam GOR Pertamina UB dipenuhi ribuan keris yang masing-masing memiliki keunikannya sendiri. Audiens diberikan kesempatan untuk melihat secara dekat berbagai keris tersebut.
Selain pameran, kegiatan tersebut juga diisi dengan workshop penempaan keris di belakang Gedung Samantha Krida. Dalam kegiatan tersebut, audiens bisa melihat dan mencoba pengalaman menempa keris secara langsung sambil ditemani pembuat keris berpengalaman. Tidak hanya keris, ada pula naskah-naskah kuno yang dipajang di dalam Gedung Samantha Krida. Naskah-naskah ini ditempatkan di dalam rak kaca dan ditemani oleh satu orang budayawan yang menjelaskan isi serta makna dari setiap naskah yang ada.
Brawijaya Tosan Aji Festival 2025 mendapatkan banyak antusiasme. Seminar internasional yang berjudul Keris in the Global Spotlight : Reserving Heritage, Inspiring Future diisi oleh pemateri dari Indonesia, Malaysia, juga Thailand.
Rizal mengaku puas dengan antusiasme penonton dan mensyukuri hasil dari kegiatan ini.
“Kita mengingatkan kembali budaya leluhur yang memang diwariskan pada kita generasi muda. Harapannya, kita yang muda-muda ini bisa juga meneruskan biar tidak pati obor, biar tidak terhenti atau mati budaya, sehingga generasi-generasi berikutnya dapat berkelanjutan terus melestarikan budaya keris,” tutupnya.
Salah satu audiens yang juga anggota dari Komunitas Pasikian Prapen, Pande Made Barata, mengungkapkan rasa takjubnya terkait acara ini.
“Ini bagus sekali, saya lihat juga berkaitan dengan edukasi. Salah satu hal yang paling penting dalam dunia perkerisan di zaman sekarang bukan hanya pelestarian, tapi juga edukasi kepada anak-anak muda seperti ini. Anak-anak muda generasi penerus bangsa akan paham, dia akan mencintai dan melestarikan, bukan hanya sekedar bicara melestarikan saja, tetapi langkah-langkah edukasi ini yang sangat keren sekali dalam pameran,” ungkapnya.
Tidak hanya datang sebagai audiens, Pande Made Barata juga memboyong empat keris istimewa buatannya untuk dipajang dalam pameran.
“Karya saya yang paling spesial itu terbuat dari pasir pantai. Jadi, saya mengolah pasir pantai, meniru daripada teknik pembuatan keris di zaman dahulu menggunakan bahan-bahan dari alam, termasuk menggunakan pasir pantai. Jadi, saya coba kembali menerapkan teknik-teknik kuno dari sekian kegagalan yang sekarang lumayan menghasilkan sebilah keris yang sekarang saya hadirkan di pameran ini,” tambahnya.
Pande Made Barata yang bersama sepuluh anggota komunitas Pasikian Prapen merasa terkejut ketika mengetahui pameran ini diadakan di kampus. Dia merasa, selama ini ketika mengikuti pameran keris, audiens yang datang hanyalah orang-orang yang tertarik dengan dunia perkerisan saja. Brawijaya Tosan Aji Festival 2025 meninggalkan kesan spesial karena melibatkan seluruh stakeholder kampus, juga mendatangkan anak-anak SD, SMP, hingga SMA di kota Malang.
“Semoga pameran ini bisa diadakan berkelanjutan continue. Daerah lain juga bisa meniru untuk membuat konsep pameran yang mengedukasi seperti ini, bukan komersial saja. Semoga semakin sering dilaksanakan. Pesan saya kepada anak-anak muda, ini adalah budaya kalian, warisan leluhur kalian. Silakan dipelajari, dilestarikan, dan dicintai karena ini adalah warisan nusantara kita,” kata Pande Made Barata. (EMA/Humas UB)