BIPA FIB Beri Pelatihan Singkat bagi Dosen, Guru, dan Mahasiswa Asal Filipina dan Malaysia

Para Peserta Asal Filipina dan Malaysia beserta Pengajar pada Kelas Perkenalan Program BIPA UB
Para Peserta Asal Filipina dan Malaysia beserta Pengajar pada Kelas Perkenalan Program BIPA UB

Universitas Brawijaya (UB) kembali kedatangan tamu asing sebanyak 17 orang pada Senin (7/10/2024). Mereka terdiri dari dosen, guru, dan mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi dan satu sekolah dari Filipina dan Malaysia. Dari Filipina sebanyak tiga perguruan tinggi yaitu, University of Perpetual Help System DALTA, Nueva Ecija University of Science and Technology, dan Iloilo State University of Fisheries, Science and Technology. Satu sekolah dari Filipina yaitu Golden Key Integrated School. Sedangkan satu perguruan tinggi dari Malaysia Bernama Politeknik Mersing.

Kedatangan mereka di UB dalam rangka kegiatan BRACE (Brawijaya Cultural Engagement) untuk mempererat hubungan antara UB dengan perguruan tinggi di luar negeri. Dalam kesempatan tersebut, agenda program kegiatan yang mereka harus ikuti salah satunya mengenal BIPA atau Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing. Sebuah program yang dimiliki UB sebagai tempat pembelajaran bahasa Indonesia khusus orang asing dalam mempelajari baik Bahasa dan budaya Indonesia.

Pada kegiatan pengenalan BIPA, mereka diajak secara langsung untuk mengenal pembelajaran bahasa Indonesia di kelas.  Sebagai orang asing, mereka kemudian dikenalkan materi dasar BIPA selama kurang lebih dua jam. Pada saat itu, kelas pengenalan pembelajaran BIPA langsung dipandu oleh Khilmi Mauliddian, S.Hum., M.Li., selaku dosen BIPA UB.

Pelaksanaan pengenalan program belajar BIPA dilakukan di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UB. Di dalam kelas, Khilmi mengajarkan materi tentang membaca huruf alfabet Indonesia, angka, kata-kata, dan kalimat sederhana sehari-hari.

Antusiasme peserta begitu terlihat saat proses pembelajaran. Diawali dengan belajar perkenalan dalam Bahasa Indonesia. Kemudian, dilanjutkan mengikuti arahan dosen dalam membaca huruf dan juga kata-kata sesuai nada dan intonasi yang benar dalam Bahasa Indonesia.

Salah satu peserta asal Malaysia Faraazdila, yang juga dosen Politeknik Mersing Johor mengaku sangat senang bisa mengenal bahasa Indonesia dari penutur asli. Dia mengatakan, meski Bahasa Indonesia dan Malaysia mirip, tapi memiliki perbedaan yang banyak dalam kosakata.

“Saya merasa Bahasa Indonesia memiliki khas yang beda dengan Malaysia. Seperti lafal, kosakata juga banyak beda. Pada kelas BIPA, saya merasa banyak tahu cara pelafalan yang berbeda dengan dengan Bahasa Melayu Malay. Beberapa kosakata juga saya tidak mengerti,” katanya dengan wajah senang.

Selain itu, peserta mahasiswa asal Filipina, Jone juga mengatakan sangat suka dengan pengalaman datang dan belajar Bahasa Indonesia. Ia mengaku baru kali pertama datang ke Indonesia dan belajar Bahasa Indonesia.

“Saya baru pertama kali ke Indonesia, dan walaupun saya mengetahui bahasa Indonesia, ini merupakan pertama kalinya saya belajar dan tahu bahasa Indonesia, saya senang sekali,” akunya.

Di akhir pertemuan kelas BIPA, para peserta diajak untuk mengenalkan makanan dan minuman khas dari tiga negara. Salah satu yang menarik, ternyata ada satu minuman tradisional khas yang sama, baik yang ada di Indonesia, Filipina, dan Malaysia. Minuman tersebut jika di Indonesia bernama Tahwa, Filipina bernama Taho, dan di Malaysia Tauhu Panas. Minuman tradisional ini sama-sama berasal dari tahu sutra yang disuguhkan secara hangat dengan kuah gula merah ditambah jahe sehingga rasanya pedas dan hangat. [khilmi/dts/Humas FIB/Humas UB]