BIOZAFE: Pemurni Bioetanol Tingkatkan Kualitas Energi Terbarukan

Mahasiswa UB membuat BIOZAFE: prototipe berupa alat pemurnian bioetanol dengan menggunakan modul membran komposit nanopartikel bertingkat.

Lima mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) di bawah bimbingan dosen Ir. Bambang Poerwadi M.S membuat prototipe berupa alat pemurnian bioetanol dengan menggunakan modul membran komposit nanopartikel bertingkat dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC) tahun 2023 dengan nama BIOZAFE.

Mereka adalah Kautsar Ali (FT-UB), Meta Ayu F. D (FT-UB), Zayyinna Fitriani (FT-UB), Dimpos F.X Pasaribu (FT-UB), dan Ferryo Lenz K (FT-UB).

Ketua Tim Kautsar Ali menyampaikan, Bioetanol merupakan salah satu contoh energi terbarukan yang dapat dijadikan sebagai campuran bensin. Bioetanol dengan kemurnian yang tinggi (fuel grade) memiliki potensi yang tinggi untuk menjadi langkah preventif memperlambat berkurangnya cadangan minyak bumi yang diperkirakan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya mineral akan habis dalam kurun waktu 9,5 tahun lagi.

“BIOZAFE merupakan prototipe yang bermanfaat untuk pemurnian bioetanol sebagai langkah untuk meningkatkan kualitas energi terbarukan yang terintegrasi dengan CPS (cyber physical system),” jelas Kautsar Ali.

Metode yang digunakan pada BIOZAFE adalah metode pervaporasi. Metode pervaporasi lebih efektif digunakan dibandingkan dengan metode distilasi dan ekstraksi karena pemisahan  dengan metode pervaporasi tidak berdasarkan kesetimbangan uap-cair. Sehingga cocok digunakan untuk memisahkan campuran azeotrop seperti bioetanol.

Selain itu, penggunaan zeolit pada lapisan membran karena zeolit memiliki faktor pemisah yang baik, yaitu dapat menyerap air dan menolak bioetanol sehingga didapatkan bioetanol dengan kemurnian yang lebih tinggi.

Alat ini praktis digunakan karena cara penggunaannya hanya dengan mengisi air pada bak air kondensor, menjalankan operasi alat dengan menghubungkan steker ke stop kontak, menekan tombol ON, menuangkan bioetanol melalui katup input pada alat, lalu menutup katupnya dan mengatur suhu untuk jalannya operasi.

“Kemudian kita hanya tinggal menunggu saja sampai dihasilkan rentetat berupa air dan permeat berupa bioetanol yang memiliki kemurnian lebih tinggi dari sebelumnya,” ucap Kautsar.

Selain itu, membran yang digunakan dapat diganti dengan mudah yaitu dengan cara membuka tabung membran dan menggantinya setelah membran sudah tidak layak digunakan kembali.

“Kami berharap BIOZAFE dapat membantu mengurangi pemakaian minyak bumi dengan meningkatkan kualitas energi terbarukan berupa bioetanol,” pungkasnya. [*/Irene]