Dalam rangka mendorong penciptaan karya di bidang seni dan budaya oleh generasi muda, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB) menggelar kompetisi film pendek dokumenter. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian Dies Natalies FIB UB yang ke-15. Mengusung tema “Mozaik Budaya: Harmoni dalam Bahasa, Seni, dan Budaya” ini diikuti oleh puluhan peserta. Tahun ini, Pekan Budaya FIB UB bekerjasama dengan OPPO dan Medcom.id dalam perencanaan dan pelaksanaan kompetisi film pendek dokumenter ini.
Setelah melalui proses penjurian selama dua pekan, tibalah saatnya pengumuman pemenang Lomba Film Pendek Dokumenter Pekan Budaya FIB UB 2024. Para peserta dari berbagai daerah di Indonesia bergabung pada ruang Zoom Meeting untuk mendengarkan pengumuman pemenang. Acara puncak ini dilaksanakan pada Minggu (2/6/2024).
Acara ini dibuka dengan laporan dari ketua pelaksana Pekan Budaya FIB UB 2024, Rosta Naziah Hasani, M.A. Rosta mengawali laporanya dengan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam pelaksanaan lomba, termasuk mitra kerja sama dan para peserta.
“Lomba film dokumenter ini diselenggarakan dengan tujuan untuk mempromosikan seni dan budaya di masyarakat, serta untuk memberikan wadah untuk para filmmaker untuk mengekspresikan kreativitasnya dalam bidang ini,” jelasnya.
Dalam laporannya, ia menyampaikan bahwa proses persiapan, pelaksanaan, dan penjurian lomba ini berjalan dengan lancar sesuai dengan linimasa yang telah ditentukan.
“Sekali lagi, saya ucapkan terima kasih kepada peserta, juri, sponsor, dan pihak-pihak terkait yang telah mendukung acara ini, khususnya kepada FIB UB,” pungkas Rosta.
Berikutnya, Regional General Manager dari OPPO Malang, Aditya Firmansyah, menyampaikan sambutannya. Mewakili OPPO, Aditya mengucapkan terima kasih atas diberikannya kesempatan untuk berpartisipasi dalam Lomba Film Pendek Dokumenter Pekan Budaya 2024.
“Ini menjadi salah satu bentuk komitmen OPPO untuk mendukung semua aktivitas yang kami bisa wadahi di area Malang Raya, khususnya, dan di Indonesia secara umum. Kami sangat senang dan berbangga dapat terlibat pada kegiatan ini. Insya Allah, apabila diperkenankan, kami akan sangat senang untuk bisa kembali mendukung acara-acara selanjutnya di FIB UB,” tutur Aditya.
Tak lupa, Dekan FIB UB, Hamamah, Ph.d., turut diberikan kesempatan untuk menyampaikan sambutan. Ia menyampaikan terima kasih kepada pihak sponsor dan menyambut baik rencana untuk melakukan kolaborasi lain di masa depan. Ia pun turut menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasinya kepada para juri dan panitia yang bertugas.
Tiba saatnya evaluasi juri yang ditunggu-tunggu oleh para peserta. Karya-karya para peserta telah dievaluasi oleh tiga juri yang berpengalaman di bidangnya masing-masing, yaitu Devian Satria Kusuma, Manager Trainer PT. World Innovative Communication; Yusri Fajar, M.A., dosen Program Studi Sastra Inggris FIB UB sekaligus pengamat budaya; dan Hadi Winarto, Manajer Eksekutif Medcom.id MetroTV.
Dalam evaluasinya, Hadi Winarto sangat mengapresiasi kreativitas para peserta. Ia menekankan betapa ia merasakan imajinasi peserta dan usaha mereka untuk memvisualkan pesan yang ingin disampaikan. Karya yang diproduksi para peserta menjadi upaya untuk menciptakan berbagai genre dalam satu tema besar.
“Ada beberapa film yang visualisasinya sangat bagus. Bukan hanya memperhatikan lokasi, tetapi juga waktu, memperhatikan kuatnya cahaya alam, suhu di sekitar. Tidak hanya membuat established shot, tetapi juga sequence shot. Banyak pula gambar-gambar semiotik, gambar yang memiliki makna. Saya tidak menyangka bahwa beberapa karya kategorinya sudah sangat tinggi,” ungkapnya puas.
Akhirnya, setelah melewati momen-momen penuh ketegangan dan antisipasi yang menggebu, pengumuman yang ditunggu-tunggu telah tiba. Pada ajang kompetisi tahun ini, ada total enam pemenang yang mendapatkan penghargaan.
Di peringkat keenam, Nalendro Marello dari Fakultas Ilmu Komunikasi UB berhasil menarik perhatian dengan filmnya berjudul Ritme Digital. Posisi kelima diraih oleh Walaba Ginatra Utama dan tim dari SMA Negeri 1 Klaten, yang menampilkan karya mereka, Batik Sindu Melati: Kilau Puspa. Sementara itu, Alvin Raditya dan tim dari MAN 2 Ponorogo mendapatkan tempat keempat melalui film Goresan Arti, yang menunjukkan kemampuan mereka dalam menggarap tema yang mendalam.
Mendekati puncak, juara ketiga diraih oleh Adisya Putra Dwitama Puji Siswanto dan tim dari Universitas Kristen Petra dengan film mereka Gulat Okol: Brotherhood Rivalry. Posisi kedua dihuni oleh Mukhammad Farid dan tim dari Rebyek Trail Run Malang dengan film Lelaku Lali Jiwo. Akhirnya, penghargaan tertinggi jatuh kepada Suhadi Adi Prastowo dan tim dari Universitas Diponegoro yang berhasil merebut juara pertama dengan film mereka yang memukau, Alkisah: Adat dan Peradaban.
Acara puncak pengumuman pemenang Lomba Film Pendek Dokumenter Pekan Budaya FIB UB 2024 menandai akhir dari perjalanan panjang yang penuh dedikasi dan kreativitas para peserta. Dukungan dari OPPO dan Medcom.id, serta antusiasme dari FIB UB, menciptakan suasana kompetisi yang meriah dan penuh semangat.
Para pemenang bukan hanya meraih penghargaan, tetapi juga memberikan kontribusi berharga dalam memperkaya khazanah budaya melalui medium film. Dengan keberhasilan acara ini, diharapkan akan ada lebih banyak lagi kesempatan bagi para filmmaker muda untuk terus berkarya dan mengekspresikan cerita-cerita yang memikat. [dts/Humas FIB]