Sebagai Rangkaian Acara Dies Natalis ke-58 Universitas Brawijaya menghadirkan para alumni melalui kegiatan Temu Alumni Universitas Brawijaya dengan mengusung tema “Tangguh Bereputasi Membangun Negeri”. Kegiatan dikemas dalam bentuk talkshow dari pemateri yang bisa menambah wawasan para alumni. Acara dilaksanakan secara daring melalui aplikasi Zoom Meeting dan disiarkan secara langsung di YouTube UBTV serta UBTV Channel 57 UHF Malang Raya, Sabtu (09/01/2021).
Hadir Ir. Mohammad Zainal Fatah selaku Sekjen Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sebagai pemateri pertama. Ia memberikan penjelasan mengenai bagaimana Kementerian PUPR menjalankan tugas sebagai lembaga penggerak pembangunan di Indonesia melalui Program Padat Karya.
“Rupanya padat karya ini menjadi perhatian publik. Bahkan sampai dengan awal januari ini kita sudah mencapai progress padat karya hampir 98% dari apa yang telah kita rencanakan sebelumnya,” jelas Fatah memulai materinya.
Infrastruktur Indonesia masih berada jauh dibawah Afrika Selatan bahkan di tingkat Asean kita kalah dengan Thailand, Malaysia, dan Brunei. Secara global, kita baru pada takaran 43% dalam konteks stock, sementara pada ranah internasional rata-rata telah mencapai 70%. Sehingga Kementerian PUPR menggunakan data ini untuk memastikan pembangunan infrastruktur tetap dilakukan, karena infrastruktur memberikan multiplayers effect bagi masyarakat.
Kementerian PUPR diminta untuk bekerja keras, bergerak cepat, dan bertindak tepat. Melihat situasi pandemi kita tahu bahwa krisis kali ini bukan seperti krisis-krisis sebelumnya. Pandemi membuat daya beli masyarakat turun, oleh karena itu pemerintah harus turun tangan untuk memastikan bahwa penurunan daya beli yang tajam itu segera disiapkan jaring pengamannya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, Kementerian PUPR sebagai kementerian yang menjalankan kebijakan-kebijakan secara nasional, mendorong masyarakat untuk terlibat aktif dalam program padat karya agar mendapatkan pendapatan. Sasaran utama program ini adalah daerah yang masyarakatnya bekerja di kota, kemudian karena pandemi mereka kembali ke desanya. Mereka bukan malah menjadi beban tetapi menjadi sumber daya potensial untuk bisa memberikan layanan umum membangun infrastruktur publik yang mereka perlukan sekaligus memiliki sumber pendapatan baru. Di samping itu PUPR juga memberi tekanan bagaimana mentransformasikan kegiatan yang biasanya dilakukan secara rutin dengan menggunakan alat berat dikonversi menjadi pekerjaan padat karya.
“Pada masa pandemi ini, kementerian PUPR menyatakan bahwa tidak ada pembangunan infrastruktur yang dihentikan, sekali kita hentikan maka kita harus kembali mencari titik tumpu baru untuk memulai pembangunan pada periode-periode berikutnya. Karena disitu sumber pekerjaan di lapangan juga berhenti dan perputaran uang di lokasi proyek pasti juga akan terdampak. Sekali lagi kami dengan tegak berdiri akan lakukan penyesuaian-penyesuaian bukan menghentikannya,” kata alumni FTP UB tersebut.
Materi kedua dibawakan oleh Dr. Daeng M. Faqih, S.H., M.H Ketua PB IDI. Ia menuturkan, selama pandemi ada dua persoalan fundamental yang harus dibenahi dan dievaluasi oleh pemerintah Indonesia. Pertama, hal yang paling fundamental ialah tentang ketahanan kesehatan kita. Sangat terlihat jelas Indonesia mengalami keteteran dalam menghadapi pandemi Covid-19. Ketahanan pada bidang infrastruktur pelayanan kesehatan, infrastruktur fasilitas, infrastruktur ketersediaan alat, logistik, dan obat, kemampuan penanganan kondisi gawat darurat, kemampuan laboratorium perusahaan, kemampuan melakukan tracing sangat perlu ditingkatkan dan diperbaiki lagi.
“Peningkatan kapasitas pelayanan kesehatan di Indonesia harus dilandaskan atau ditempatkan pada kerangka Global Health Security Agenda dari WHO. Apabila tidak, kalau terjadi pandemi seperti ini kita bisa gagap lagi karena ketahanan kita tidak terbentuk secara maksimal dan sustainable. Disitulah penting sekali sebenarnya ketahanan di bidang infrastruktur kesehatan di dorong dan menjadi bagian agenda dalam pembenahan insfrastruktur secara nasional,” tambah Daeng.
Yang kedua, hal yang sangat fundamental pula adalah kemandirian. Kemandirian di bidang kesehatan Indonesia sangat lemah. Banyak persoalan yang muncul dalam memenuhi kebutuhan kesehatan dan support pelayanan kesehatan tidak cukup mandiri. Ketergantungan bahan baku obat dan alat digital ke luar negeri hampir 100%.
Daeng juga berpesan kepada para alumni UB untuk selalu berinovasi, memunculkan atau menularkan ide-ide baru, dan memperbaiki akselerasi serta membentuk jejaring alumni agar UB tetap eksis dan tampil lebih baik.
“Kecepatan inovasi dan ide harus kita dorong, kemudian kita benahi dengan baik, dan akselerasinya diperbaiki. Saya kira eksistensi UB akan semakin baik. Dari segi kesehatan selama Covid-19 ini mudah-mudahan ada irisan bagi bidang-bidang yang lain ekonomi maupun infrastruktur,” pungkasnya.
Kegiatan yang sekaligus ajang pengumpulan donasi ini dimeriahkan oleh konser virtual Home Band UB, Paduan Suara UB, Unitantri UB, dan mengundang Pongki Barata sebagai guest star utama. [Vika/Humas UB]