Penyakit tidak menular (PTM) telah menimbulkan masalah utama kesehatan secara global yang menyebabkan lebih dari 40 juta jiwa meninggal di seluruh dunia dalam satu tahun. Asma adalah penyakit tidak menular utama (PTM), mempengaruhi anak-anak dan orang dewasa.
Peradangan dan penyempitan saluran udara kecil di paru-paru menyebabkan gejala asma, yang dapat berupa kombinasi batuk, mengi, sesak napas, dan sesak dada. Asma mempengaruhi sekitar 262 juta orang pada 2019 dan menyebabkan 455.000 kematian. Sebagian besar kematian terkait asma terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah (WHO, 2022).
Berdasarkan data tersebut, lima mahasiswa Universitas Brawijaya yang terdiri dari Andhika Surya Rismanta(FT), Viery Sanjaya Aruan(FT), Ryandra Azka Ridho Fahrezi(FT), Raihan Herwildhan(FT), Michelle Christmerry Pyhanny(FK) di bawah bimbingan Dr.Ir. Ponco Siwindarto, M.Eng,Sc beserta dr. Thareq Barasabha, S.Ked., M.T. membuat alat yang bisa membantu pasien pengidap penyakit asma dapat mengontrol asma nya dengan baik.
ASELEN (Asthma Electrical Necklace) atau yang dikenal dengan alat monitoring dan terapi pasien pengidap penyakit asma berbasis IoT, terdiri dari 3 prototype yaitu pertama Necklace yang berisikan: sensor mlx90614(untuk mengukur suhu badan) dan Grove sensor clip heart rate (mengukur denyut nadi).
Kedua, masker. Masker ini dihubungkan dengan necklace menggunakan kabel, dan masker ini berisikan sensor scd40 untuk mengukur kadar CO2.
Ketiga, Inhaler. Pasien yang terdeteksi waspada oleh alat monitoring akan segera diarahan untuk melakukan terapi menggunakan inhaler. Inhaler ini berisikan sensor mpu6040 dan Buzzer (buzzer akan menyala Ketika pasien salah dalam menggunakan buzzer)
“Alat ini memiliki prosedur penggunaan, sehingga pasien tidak perlu sulit dalam mengoperasikan alat ini dan sudah dengan prosedur untuk login ke aplikasinya,” kata Andhika selaku ketua tim.
Viery berharap dengan hadirnya alat ini dapat membantu pemerintah khususnya di bidang Kesehatan dalam memonitoring pasien asma dalam jarak jauh tanpa perlu dating ke fasilitas Kesehatan.
Dalam kesempatan itu, Dr.Ir. Ponco Siwindarto, M.Eng,Sc menjelaskan untuk potensi pengembangan dan pemasaran, alat ini memiliki potensi besar bagi minat masyarakat. Mengingat alat untuk menangani penyakit ini masih sangat sulit untuk dicari dan harga nya masih sangat mahal.
“Dengan ada nya alat ini, diharapkan dapat memudahkan para tenaga Kesehatan dalam memonitoring para masyarakat pengidap penyakit asma di Indonesia dan sebagai kontribusi Universitas Brawijaya dalam penanggulangan darurat penyakit asma di Indonesia sekarang ini,” kata Ponco.
ASELEN ini didanai oleh Kemdikbudristek dan Universitas Brawijaya melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta tahun 2023.
Dan karya ini telah mendapatkan sertifikat HKI (Hak Kekayaan Intelektual) yang diterbitkan oleh DJKI (Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual). (*/OKY/Humas UB).