Pembelajaran Tatap Muka (PTM) sekolah dilaporkan membawa pada klaster penyebaran Covid-19 di berbagai daerah. Kondisi ini sangat perlu diwaspadai seiring kemunculan varian baru Omicron yang diklaim lebih mudah menular. Menurut dua peneliti dari Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya, sekolah perlu menyiapkan media audio visual sebagai upaya antisipasi.
Fariza Yuniar Rakhmawati, S.I.Kom dan Abdul Wahid, S. I. Kom, M.A memberikan solusi berupa media protokol kesehatan dalam lingkup sekolah melalui audio visual sebagai upaya antisipasi munculnya klaster sekolah. Bekerjasama dengan Andalusia Kids, tayangan ini dapat disaksikan melalui akun instagram andalusia_kids.
“Dengan menggunakan teknologi animasi 2 dimensi dan disertai dengan visualisasi dan penjelasan yang mudah dimengerti membuat video panduan dalam kerangka program pengabdian masyarakat yang berlandaskan himbauan IDAI ini dapat menambah pemahaman mengenai antisipasi penyebaran kasus covid-19 di lingkungan sekolah”, ujar Fariza.
Keduanya merupakan tim pengabdian masyarakat dari Fisip UB. Ia juga menambahkan banyaknya kasus positif Covid-19 di lingkungan sekolah yang mengadakan PTM terbuka membuat orang tua, siswa, dan pihak sekolah untuk lebih peduli dalam menerapkan protokol kesehatan.
Beberapa hal, menurut Fariza yang perlu disiapkan untuk menuju PTM terbatas agar meminimalisir penyebaran covid-19 di lingkungan sekolah, antara lain selalu disiplin menjaga protokol kesehatan, memastikan anak dan anggota keluarga sehat sebelum memberikan izin PTM, memastikan anak mengenali dan melaporkan jika orang di sekitar mengalami gejala Covid-19. “Orang tua juga harus memastikan bahwa anak tidak dalam kondisi sakit, jika menunjukkan gejala covid-19 segera lakukan isolasi mandiri. Selain itu juga selalu memeriksa persediaan masker, hand sanitizer, air minum dalam botol, dan bekal makanan, pastikan juga anak tidak saling bertukar barang pribadi,” ujarnya.
Tidak selesai sampai disitu, menurut Fariza, rang tua harus memastikan pula kendaraan sekolah aman dari penyebaran covid-19, serta memahami rancangan PTM dan mitigasi sekolah jika ada yang terinfeksi. “Pastikan juga guru dan warga sekolah sudah menerima vaksinasi seluruhnya, ventilasi kelas dan fasilitas kesehatan seperti sarana cuci tangan, obat, dan lainnya juga tersedia di sekola. Guru juga harus memastikan jarak aman antar siswa selama pembelajaran, dan guru juga memiliki peran pentin dalam peningkatan prokes kepada murid”, jelas perempuan berkerudung ini.
Meskipun PTM terbatas sudah dilaksanakan di beberapa daerah, tetapi opsi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) merupakan opsi terbaik yang bisa dilakukan mengingat belajar dari negara lain yang mengalami gelombang ketiga Covid-19. “Disini diperlukan sinergi yang kuat antara orang tua murid dan pihak sekolah agar siswa dapat nyaman belajar di rumah”, ujar Wahid.
Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan agar PJJ tidak membuat siswa stress, tentunya sinergi antara orang tua dan sekolah sangat diperlukan.
Menurut Wahid, peranan orang tua sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan mental siswa selama PJJ di rumah. ”Orang tua perlu membuat jadwal rutinitas aktivitas oleh agar anak lebih merasa nyaman dalam pembelajaran sekaligus mengurangi kecemasan anak. Dampingi anak dan menjaga ritme waktu belajar, bermain dan istirahat agar tetap semangat belajar”, jelasnya.
Ketika kewalahan, ia menyarankan orang tua untuk berkonsultasi dengan sekolah untuk mendapat solusi terkait pendidikan anak. “Jalin komunikasi positif dengan anak, ajak bermain bersama, mendengar pendapat dan menerima emosi anak sambil tetap memberikan pengingat untuk menjalankan prokes, berikan ruang agar tetap terhubung dengan teman sekolah, baik untuk belajar atau sekadar tegur sapa”, imbuhnya.
Tidak hanya dengan anak dan sekolah, Wahid juga menyarankan untuk menjalin komunikasi yang baik dengan sesama wali murid juga penting untuk menjaga hubungan positif antar keluarga.
“Panduan ini dapat dilakukan sampai diberlakukannya PTM yang tidak terbatas dan melihat kondisi virus covid-19 yang benar-benar mereda. Sehingga ketika anak kembali melakukan pembelajaran secara langsung di sekolah, semangat anak tidak menurun serta dalam kondisi sehat terbebas dari covid-19. “Tentu harapan kita semua, anak Indonesia aman dari Covid-19 dan belajar dengan hati senang”, pungkas Fariza. (fariza/VQ)