Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM), yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), menjadi wadah bagi mahasiswa untuk belajar sekaligus memperkuat persatuan dalam keberagaman di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Salah satu peserta PMM Batch 4 dari Universitas Brawijaya (UB) adalah Amelia Salsa Zulaiha, mahasiswa Fakultas Hukum angkatan 2021 asal Daerah Istimewa Yogyakarta. Amelia berkesempatan untuk berkuliah di Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar, Sulawesi Selatan, selama satu semester, dari 16 Februari hingga 29 Juni 2024.
Latar belakang Amelia dalam mengikuti PMM adalah keinginannya untuk mempelajari dan mengenal kebudayaan Indonesia secara langsung, bukan hanya melalui internet. “Alasan aku ikut PMM karena aku suka mengenal hal-hal baru terutama tentang kebudayaan di Indonesia. Dengan adanya PMM, aku merasa program ini dapat mewadahi aku untuk mempelajari, mengenal, dan mengetahui kebudayaan Indonesia secara langsung tidak hanya melalui internet dan bertanya kepada orang yang sudah pernah kesana,” ungkap Amelia.
Amelia merasa bahwa dengan mengikuti PMM, ia dapat bersentuhan langsung dengan keberagaman budaya di sana. “Melalui PMM aku dapat mengunjungi kota tersebut secara langsung dan istilahnya dapat bersentuh langsung dengan keberagaman kebudayaan di sana. Sebelum mendaftar, aku sudah meriset dan ngobrol dengan teman-teman PMM angkatan sebelumnya, dari situlah aku semakin tertarik untuk bisa bergabung dalam program ini,” tambahnya.
Sebagai Kepala Suku PMM Batch 4 di UNHAS, Amelia menjelaskan bahwa UNHAS menerima 322 mahasiswa inbound dari 124 universitas di seluruh Indonesia. Sistem pembelajaran di PMM tidak berbeda dengan mahasiswa regular di UNHAS, dimana mahasiswa memilih KRS secara mandiri dengan berkonsultasi dengan dosen pembimbing dari universitas asal. Amelia sendiri mengambil mata kuliah yang linier, dengan yang seharusnya diambil di UB sehingga memudahkan konversi nilai.
Amelia juga diwajibkan untuk mengikuti mata kuliah wajib dari Kemendikbudristek, yaitu modul nusantara, yang melibatkan 4 aspek yakni refleksi, inspirasi, kontribusi sosial, dan kebhinekaan. Kegiatan ini dilakukan setiap akhir pekan yaitu setiap hari sabtu atau minggu dan melibatkan kunjungan ke tempat-tempat bersejarah di Sulawesi Selatan, termasuk Toraja, untuk mempelajari tradisi dan adat istiadat setempat bahkan bertemu dengan tokoh-tokoh hebat dari Tanah Daeng.
Selama menjalani PMM, Amelia mengaku menghadapi tantangan, terutama culture shock, terkait bahasa dan logat Makassar. Namun, Amelia mampu beradaptasi dalam waktu singkat dan kini merasa program ini sangat berharga. “Kalau kalian sempat punya pikiran untuk join di program ini, aku rasa ngga perlu mikir dua kali atau merasa ragu karena program ini sangat worth it,” tuturnya
Bagi mahasiswa yang ingin mengembangkan diri, PMM adalah wadah yang tepat. Amelia juga membuka diri untuk berbagi pengalaman dan memberikan bimbingan kepada mahasiswa yang berminat mengikuti program ini di angkatan berikutnya.(dilla/WDD/Humas UB)