Ajarkan SHE, Divisi K3L Latih Mahasiswa Tanggap Gawat Darurat

Pelatihan Kegawatdaruratan dan Kebakaran oleh Divisi K3L UB
Pelatihan Kegawatdaruratan dan Kebakaran oleh Divisi K3L UB

Kesehatan dan keselematan lingkungan bukan hanya isu di dunia kerja. Pemahaman tentang pentingnya keamanan dan keselamatan lingkungan kerja perlu diberikan sejak dini, salah satunya kepada mahasiswa. Seperti yang dilakukan oleh Divisi Kesehatan, Kemanan dan Keselamatan Lingkungan Universitas Brawijaya, pada Sabtu (2/11) lalu. Bertempat di GOR Pertamina, Divisi K3L mengadakan pelatihan kegawatdaruratan dan kebakaran bagi mahasiswa Universitas Brawijaya.

Menurut Prof. Dr. Ir. Qomariyatus Sholihah, Amd.Hyp, ST., M.Kes., IPU., ASEAN Eng selaku Kepala Divisi, kegiatan ini untuk melatih mahasiswa agar tanggap saat terjadi kebakaran atau kegawatdaruratan. “Harapannya mahasiswa bisa terlatih terhadap lingkungan yang ada di Universitas Brawijaya”, ujarnya. Pelatihan ini, diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi mahasiswa untuk bagaimana ketika menghadapi kebakaran maupun kegawatdaruratan melalui P3K. “Bagaimana pertolongan pertama jika ada teman yang sakit, hingga tata cara memanggil ambulan dan sebagainya”, jelasnya.

dr. Aurick Yudha Nagara, SpEM
dr. Aurick Yudha Nagara, SpEM

Selain pengenalan terkait K3L, pelatihan ini juga mengajak peserta untuk praktek pemberian bantuan hidup dasar oleh dr. Aurick Yudha Nagara, Sp.EM dari Rumah Sakit Universitas Brawijaya dan tim Lakesma FK dan ERT FIKES UB serta keamanan gedung dan antisipasi kebakaran hingga evakuasi ular oleh tim Pemadam Kebakaran Kota Malang.

Manfaat kegiatan ini, menurut Aurick, adalah untuk memperbanyak SDM yang bisa memanfaatkan sistem antisipasi kebakaran yang sudah ada. “Kita punya gedung tinggi, otomatis gedung harus aman, terutama dari kebakaran. APAR sudah ada di tiap gedung, otomatis yang harus diperbanyak adalah siapa yang menggunakan”, ujarnya.

Sedangkan bantuan hidup dasar, imbuhnya, untuk meminimalisir resiko henti jantung yang ada di lingkungan UB. “Jangan dianggap normal jika ada orang dewasa yang tiba-tiba pingsan harus dicurigai henti jantung sampai dinyatakan tidak. Karena setiap 1 menit terlambat melakukan CPR, maka ada 10 persen lebih dekat menuju resiko kematian. Jadi, dengan komunitas Medical First Responder UB ini dimaksudkan untuk meminimalisir resiko ini terjadi”, imbuh dosen FK UB ini.

Dari pelatihan ini, Sekretaris Universitas Universitas Brawijaya, Dr. Tri Wahyu Nugroho, S.P. M.Si saat membuka acara berharap sivitas akademika UB dapat memiliki tanggung jawab bersama terhadap ekosistem UB. “Kita harus saling jaga, saling mengerti dan tahu apa yang harus dilakukan jika terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, misal bencana atau ada yang pingsan”, pungkasnya. (VQ)

Hands on Bantuan Hidup Dasar
Hands on Bantuan Hidup Dasar
Praktik Penggunaan APAR
Praktik Penggunaan APAR