
Perkembangan industri tekstil di Indonesia saat ini mengalami pertumbuhan produksi yang sangat pesat dari tahun ke tahun sehingga memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Namun air limbah yang mengandung zat warna menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan menjadi ancaman serius bagi kehidupan, karena efek toksikologinya. Salah satunya adalah methylene blue.
Methylene blue merupakan pewarna yang paling banyak digunakan untuk aplikasi industri seperti industri tekstil, percetakan, dan plastik. Senyawa tersebut stabil dan sulit terurai di alam, serta berbahaya bagi lingkungan. Methylene blue juga berbahaya bagi kehidupan manusia karena dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan jika tertelan, menimbulkan sianosis jika terhirup, dan iritasi pada kulit jika tersentuh oleh kulit. Selain itu, senyawa ini juga dapat menyebabkan luka bakar pada mata yang dapat menyebabkan cedera permanen pada mata manusia dan hewan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penghilangan zat warna methylene blue dari limbah industri. Penghilangan zat warna dengan teknik adsorpsi atau penyerapan lebih efisien, ekonomis, sederhana dan selalu digunakan selama bertahun-tahun. Berbagai adsorben seperti tanah liat aktif dan karbon aktif, karbon nanotube (CNT), polimer dan zeolit telah dilaporkan digunakan untuk adsorpsi pewarna ini. Namun bahan adsorben ini memiliki kekurangan, seperti bahan relatif lebih mahal dan sukar diperoleh.
Di sisi lain, limbah bulu ayam dari ayam jenis broiler mencapai lebih dari 200 juta ton pada tahun 2019 berdasarkan data Badan Pusat Statistik. Dampak limbah bulu ayam begitu besar bagi kesehatan, karena bulu ayam yang berserakan di lingkungan menimbulkan bau tidak sedap dan menjadi sumber penyebaran penyakit. Padahal limbah bulu ayam berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut karena keratin yang terkandung mampu berperan sebagai adsorben.
Oleh sebab itu, alternatif lain dicari agar limbah bulu ayam bisa disulap menjadi bahan baku baru yang menarik dan berkontribusi dalam mengatasi pencemaran lingkungan yang ada di sekitar masyarakat.
Menimbang potensi yang dimiliki bulu ayam, tim Program Kreativitas Mahasiswa-Riset Eksakta (PKM-RE) yang diketuai oleh Muhammad Alfan Nurdin (FAPET) bersama 4 anggota lainnya yakni Ridho Pambudi (FAPET), Sherina Yasmin Valeria (FMIPA), Kamila Rohadatul Aisy (FMIPA), dan Nancya Ayu Pratmaning Putri (FMIPA) terdorong untuk menggagas ide penelitian yang bertajuk “Potensi Keratin dari Bulu Ayam sebagai Adsorben Zat Warna Biru Metilena Berbasis Spektrofotometri FTIR”
Penelitian ini bertujuan menemukan bahan adsorben yang berbahan dasar bahan organik dengan prinsip waste for waste seperti keratin dari limbah bulu ayam. [Ridho/Humas UB]